Sambil mengajar, Laode ingin membuat program-program pemberdayaan di bidang hukum dan pemberantasan korupsi untuk berbagai instansi, seperti Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Bappenas. Doktor hukum lingkungan internasional dari Universitas Sydney itu mengaku punya minat dan perhatian yang kuat di kedua bidang tersebut.
Namun, saat ditanya soal kemungkinan dia menerima tawaran menjadi komisaris di BUMN seperti komisioner KPK periode sebelumnya, Chandra Hamzah, Laode akan mempertimbangkannya asal tidak bertentangan dengan etika. "Saya open untuk masa depan saya. Tetapi yang pasti saya akan seperti dulu lagi," ucapnya.
Lebih lanjut Laode menuturkan keinginannya menulis buku untuk menceritakan bagaimana pengalamannya selama menjadi komisioner KPK. Tapi materinya lebih ke cerita di balik sebuah peristiwa yang punya nilai-nilai humanis. "Bukan yang berat dan terlalu serius, tapi yang ada unsur lucu-lucu begitulah," ujarnya.
Selepas berbincang dengan tim Blak-blakan detikcom pada Jumat (22/11/2019), dia memperlihatkan buku terbitan Mei 2019 berjudul 'From Baksheesh to Bribery: Understanding the Global Fight Against Corruption and Graft'. Salah satu bab di buku yang disunting T Markus Funk dan Andrew S Boutros itu merupakan tulisan Laode M Syarif. "Saya diminta menulis soal pengalaman KPK menangani isu-isu korupsi," ujarnya.Simak Video "Blak-blakan Laode M. Syarif: Prestasi Tanpa Apresiasi"
[Gambas:Video 20detik] (jat/jat)