"Jadi apakah benar bisa seperti itu minum tuak bisa mengobati narkoba, itu perlu dipertanggungjawabkan karena khawatir publik menangkap kebenaran tidak bisa dipertanggungjawabkan, kasihan publik bisa tersesat. Apalagi sekarang era digital cepat tersebar, apalagi pak Hinca publik figur barangkali perlu berhati-hati menyampaikan itu," kata Ketua PB IDI, Dr. Daeng M Faqih kepada wartawan, Selasa (26/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau memang ada bukti ilmiah melalui penelitian ilmiah dan terbukti tidak apa-apa disampaikan, jangankan orang awam, peneliti, profesional, peneliti atau dokter kode etik sangat ketat kalau menyampaikan kepada masyarakat diminta betul-betul hati-hati apakah disampaikan itu benar atau terbukti," kata dia.
"Apalagi masyarakat umum yang tidak ada kaitan keahlian meneliti dibidangnya mesti berhati-hati kasihan masyarakatnya, nanti kalau mempercayai melakukan apa yang disampaikan tanpa kebenaran nanti masyarakat menjadi korban," imbuh Daeng.
Lebih lanjut, ia menyampaikan ada tahapan terapi narkoba yaitu rehabilitas medis, rehabilitasi psikologis-psikiater dan rehabilitasi sosial. Tahapan tersebut sudah dikaji secara keilmuan.
"Kalau dari segi ilmu sudah jelas, ada tahapan dalam rangka rehabilitasi, rehabilitasi medis, rehabilitasi psikologi-psikiatris dan rehabilitasi sosial jadi tahapan itu jelas. Jangan sampai yang sudah dikaji keilmuan, kemudian ada orang menyampaikan beda tanpa mungkin penjelasan keilmuan yang mencukupi, nanti kasihan orang yang membutuhkan pertolongan seperti itu pakai metodologi tanpa keilmuan, kasihan,"
Anggota Komisi III DPR RI Hinca Pandjaitan menjelaskan terapi narkoba dapat dilakukan dengan meminum Tuak. Sekjen Partai Demokrat itu mengaku sudah melakukan riset kepada 18 mantan pengguna narkoba. Hasil riset terhadap 18 eks pengguna itu menyatakan terapi tuak membuat mereka tak kembali memakai narkoba.
Atas hal itu, Daeng menyatakan sebuah laporan harus berdasarkan hasil penelitian keilmuan. Dunia kedokteran dan kesehatan tidak mengenal laporan berdasarkan cerita atau testimoni, namun bukti keilmuan.
"Jadi laporan ilmiah itu penting, kedokteran dan kesehatan tidak kenal laporan-laporan misalnya pengakuan atau cerita atau testimoni atau menghimpun dukungan, ada metode khusus diakui keilmuan berdasarkan bukti keilmuan, semua diuji," tutur dia.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini