Sindiran Tito soal kondisi Ibu Kota itu disampaikan saat menjadi pembicara dalam Musyawarah Nasional IV Asosiasi Pemerintah Propinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2019. Tito mengatakan kemajuan Jakarta sangat jauh dengan perkotaan di Shanghai.
"Pak Anies, saya yakin kalau sering ke China, kalau kita lihat Jakarta kayak kampung dibanding Shanghai," kata Tito di Hotel Borobudur, di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eks Kapolri ini kemudian menceritakan lawatannya ke Shanghai dan Beijing pada tahun 1998. Ketika itu, kata Tito, kondisi dua kota di China tersebut masih sangat tertinggal dibanding kota Jakarta.
Tito mengatakan kunjungan 21 tahun yang lalu itu sedang menjalani studi banding ke China. Dia mengingat, kawasan Beijing masih banyak rumah kumuh hingga kondisi sungai kotor.
Saat kembali melakukan lawatan ke China para 2018, Tito melihat perubahan pesat yang terjadi di negeri Tirai Bambu itu. Menurutnya, tata kota di Beijing sudah mirip dengan kota-kota besar di Amerika Serikat.
"Tahun kemarin saya datang ke sana dalam rangka Interpol conference di hotel yang sama, saya melihat sungai yang sama, sudah banyak orang yang berenang di situ. Airnya bersih, jernih, dulunya hitam pekat dan kemudian kita melihat Beijing sudah mirip-mirip seperti Washington DC, Shanghai sudah mirip-mirip New York," ujar Tito.
Anies menangkap pesan Tito soal sindiran Ibu Kota yang dinilai seperti kampung. Eks Mendikbud ini mengatakan, ucapan Tito bicara soal transformasi negara, bukan sekadar kota.
"Pak Tito tadi memberikan gambaran transformasi yang dialami oleh Tiongkok selama 4 dekade karena beliau menceritakan bagaimana analis-analis di akhir tahun '70-an, '80-an mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di Tiongkok," kata Anies di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat.
Anies mengatakan, pesan Tito dijadikan PR besar untuk mendorong transformasi perkotaan di kota-kota di Indonesia. Sebab dia juga mengakui, China mengalami perkembangan pesat soal tata kota dan negaranya.
"Jadi menceritakan betapa cepatnya, betapa cepatnya perubahan di sana. Dan kemudian di dalam konteks itu menceritakan 2 kota yang pada saat itu tahun '98. Jadi menurut saya tidak usah dilepaskan konteks percakapan tentang transformasi. Itu artinya juga PR bagi kita untuk mempercepat transformasi dan ini objektif saja, bahwa dalam beberapa dekade perekonomian Tiongkok yang asalnya kecil lompat sampai 100 kali lebih besar," ujarnya.
Lompatan perekonomian China itu dikatakan Anies bukan hanya perbandingan Jakarta dengan Shanghai. Tapi China sebagai negara dengan seluruh dunia.
Menurut Anies, pesan penting dari Tito adalah jangan berpikir semua selesai dalam waktu singkat, tapi kerja dengan waktu panjang. Karena itu, lanjutnya, pembangunan yang sedang berjalan di Indonesia, seperti konektivitas jalan, telekomunikasi, dan lainnya, merupakan transformasi yang luar biasa. Dampak besarnya akan terlihat dalam satu dekade ke depan.
"Jadi saya menangkap pesan dari Pak Tito tadi bagaimana transformasi sebuah negara. Nah ini yang nanti harapannya yang kita lakukan," katanya.
Anies kemudian mencontohkan, transformasi transportasi yang sedang dilakukan Pemprov DKI. Saat ini, Pemprov mengupayakan melakukan integrasi transportasi antarrute. Hasilnya, penumpang transportasi umum yang berjumlah 328 ribu pada 2017 melonjak menjadi 700 ribu pada 2019.
"Tiongkok memberikan pelajaran bahwa lompatan drastis itu bukan satu dua lokasi tapi di seluruh negeri. Jadi pesan kepada saya ini buat kepala daerah menjadi menarik," tuturnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini