"Saat ini ada sekitar 80-an pedagang pisang yang sudah menerima surat peringatan pertama pembongkaran lapak karena mau ada perluasan double-double track (DDT)," tutur Ketua Paguyuban Pedagang Pisang, Yus Rustandi, yang dikutip dari Antara, Minggu (24/11/2019).
Para pedagang saat ini resah oleh rencana pembongkaran paksa kios tanpa adanya kepastian bagi mereka untuk melanjutkan usaha. Sejak beberapa tahun terakhir, populasi pedagang pisang di wilayah setempat terus berkurang imbas proyek pembangunan double-double track (DDT) oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI). Pada 2016, sebagian pedagang hengkang dari lapaknya setelah KAI memperluas jalur kereta di dekat Depo Cipinang.
"Kita dimundurkan sekitar tiga meter dari lintasan kereta. Sekarang yang sisa tinggal 80-an pedagang," katanya.
Kini, mereka kembali diminta mengosongkan lapak yang dibangun semipermanen setelah PT KAI berniat menjadikan area pedagang sebagai lintasan kereta DDT.
"Dalam surat peringatan pertama yang datang Senin (18/11), seharusnya hari ini sudah dikosongkan, tapi kan ada SP2, tiga hari dari sekarang," jelasnya.
Dalam SP1 itu disebutkan pemerintah menyediakan lapak berdagang di Pasar Klender, tapi ditolak. Alasannya, lokasi Pasar Klender tidak strategis. Pedagang meminta dipindah menuju lahan di dekat depo kereta Cipinang.
"Tapi di dekat Depo Cipinang belum diizinkan sampai sekarang," ungkapnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini