"Seluruh perbukitan di kawasan Danau Maninjau itu adalah cagar alam. Cagar Alam Maninjau. Kami menemukan banyak kasus penebangan liar di sana, dan terus berlangsung. Jadi tak heran kalau dampaknya bisa seperti ini," kata Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sumatera Barat Resort Agam, Ade Putra kepada detikcom, Jumat (22/11/2019).
Menurut Ade, pihaknya kerap mendapati bukti sisa-sisa pembalakan liar di beberapa titik di kawasan cagar alam yang memiliki luas sekitar 21,789,81 hektare itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak sisa-sisa pembalakan liar di kawasan itu. Pekan lalu kita menangkap basah para pelaku pembalakan liar. Ada empat pelaku dan sejumlah barang bukti yang diamankan dan sudah diserahkan ke polisi," katanya.
"Soal kepastian apakah memang penyebab banjir bandang ini karena pembalakan liar, tentu saja itu bukan domain kita, karena kami hanya menceritakan soal pembalakan liar yang kami temukan," jelas Ade.
Tonton juga Belasan Rumah di Agam Sumbar Rusak Diterjang Banjir Bandang :
Ade menjelaskan maraknya praktik pambalakan liar di kawasan hutan Cagar Alam Maninjau menyebabkan terjadinya perubahan pada kondisi vegetasi hutan yang berada di atas pemukiman warga setempat. Ade menekankan pembalakan liar harus disetop.
"Jika hal ini tidak diantisipasi lebih lanjut, maka tidak menutup kemungkinan akan berdampak lebih besar lagi. Bahkan, mengancam keberlangsungan hidup satwa liar dan Puspa (tumbuhan) yang dilindungi," tambah Ade.
Sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menetapkan masa tanggap darurat banjir bandang dan longsor selama 15 hari. Pemkab akan melakukan perbaikan aliran sungai hingga bersih-bersih sisa longsor.
"Semula rencana hanya 3 hari saja. Namun melihat banyaknya yang perlu diperbaiki, termasuk memperbaiki aliran sungai, serta pembersihan material longsor, akhirnya kita tetapkan selama 15 hari," kata Bupati Agam, Indra Catri kepada detikcom di lokasi bencana, Jumat (22/11).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini