"LPAI bukan menghentikan budayanya tapi menghentikan eksploitasi anak. Anak digunakan dengan salah. Anak bisa ikut dengan menggambar peristiwa pacuan kudanya tapi tidak dijadikan joki," ujar Seto Mulyadi di Gedung Aneka Bhakti, Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019).
Menurut Seto, puncak eksploitasi anak yang terjadi di NTB 14 Oktober lalu merupakan catatan yang buruk yang terjadi. Seto menyebutkan bahwa kecelakaan joki cilik bisa menyebabkan luka-luka yang serius.
Selanjutnya Seto juga mengatakan bahwa joki cilik memiliki risiko tinggi untuk anak-anak di bawah umur. Bahkan menurut Seto, tindakan ini juga bisa menghilangkan nyawa anak.
"Tindakan massif yang mempekerjakan anak di bawah umur dengan risiko-resiko tinggi pada tubuh, keamanan dan kesehatan joki cilik bahkan seringkali kehilangan nyawa anak. Kehilangan jiwa anak itu adalah melanggar hak hidup anak yang merupakan hak utama (supreme rights)," ujar Seto.