"Kami setuju ada larangan itu, karena itu sudah kami sampaikan juga tadi malam sama Pak Walikota dan jajaran. Memang itu adalah bentuk pencegahan," ujar Kasi Konservasi wilayah II BKSDA Sumsel, Tito saat dikonfirmasi, Kamis (21/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kami terbagi jadi 3 tim untuk memastikan kalau 7-10 hari ke depan ini tidak ada terlihat, artinya harimau udah menjauh. Kami pun diskusikan ini sama Pak Walikota Pagaralam," kata Tito.
Diakui Tito, meskipun aktivitas di taman wisata terganggu harimau, namun warga dapat berkunjung ke Kawasan Gunung Dempo di siang hari. Kawasan itu dinilai aman dikunjungi dengan catatan saat beraktivitas harus tetap waspada dan tidak melanggar aturan yang berlaku. Bahkan disarankan untuk tidak beraktivitas sendirian.
"Itu kawasan wisata harus tetap jalan, tetapi harus ada alasan-alasan jelas, keamanan yang jelas. Terkait wisata nggak boleh lama vakum, karena ini ada efek domino dan harus ada jalan keluar," kata Tito.
"Kamera trap untuk memastikan apakah ada pergerakan harimau lagi atau tidak sudah dipasang. Kami sudah diskusikan ini kepada semua pihak dan pemangku kepentingan agar ini tidak berlarut," kata Tito.
Berdasarkan pantauan tim BKSDA di lapangan, Harimau Sumatera terakhir terlihat pada Senin 18 November. Namun ada pula laporan warga yang menemukan jejak diduga harimau di Lahat.
"Terakhir terlihat itu 18 November makan ternak warga, anak kambing. Hari ini kita dapat laporan ada jejak, tapi ini akan kita pastikan dulu apakah jejak harimau atau bukan," tutup Tito.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini