Jakarta - Pascagempa magnitudo (M) 7,1 di Jailolo,
Maluku Utara, Kamis (14/11) warga yang sempat mengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Sebelumnya sebanyak 21 kepala keluarga mengungsi ke dataran tinggi lantaran khawatir dengan adanya potensi
gempa susulan dan tsunami.
"Pada hari ini (19/11) tidak ada lagi warga yang mengungsi setelah gempa dengan magnitudo 7,1 mengguncang wilayah
Ternate pada beberapa waktu lalu. Warga yang sempat mengungsi memutuskan kembali ke rumah mereka," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB, Agus Wibowo berdasarkan keterangannya, Rabu (20/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus mengatakan sebanyak 21 kepala keluarga sempat mengungsi di gedung sekolah yang berlokasi di dataran tinggi di Kepulauan Batang Dua, Malut. Namun warga tersebut hanya mengungsi di malam hari karena khawatir dengan adanya gempa susulan dan potensi tsunami.
"Sebelumnya 21 KK mengungsi di halaman SMAN 11 yang berlokasi di dataran tinggi. Sejumlah warga tadi mengungsi hanya pada malam hari. Mereka khawatir dengan gempa susulan dan potensi bahaya tsunami," kata Agus.
Sementara itu, Agus menyebut sebanyak 39 rumah mengalami rusak ringan di Maluku Utara. Selain itu beberapa fasilitas umum juga mengalami rusak ringan.
"Data BPBD per 19 November 2019 mencatat kerusakan per wilayah sebagai berikut Kelurahan Mayau berupa sekolah 2 unit, gereja 1, puskesmas 1 dan bank 1, serta Kelurahan Lelewi dan Bido masing-masing gereja 1 unit," kata dia.
Gempa juga berdampak pada wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara dan Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Masing-masing wilayah kabupaten tersebut terdapat 1 unit kantor dan 2 rumah dengan kategori rusak ringan.
Tidak ada korban korban yang meninggal pada gempa tersebut. Agus menyebut sebanyak dua orang mengalami luka ringan.
"Dua orang yang terluka dari Kelurahan Mayau telah mendapatkan perawatan. Mereka mengalami luka ringan. Tidak ada korban meninggal pascagempa yang berlokasi 137 km barat laut Jailolo, Maluku Utara dengan kedalaman 173 km tersebut," lanjutnya.
Agus menuturkan, pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh dari semenjak gempa pada Kamis (14/11) lalu. Sementara itu tangap darurat akan diakiri pada esok hari, Kamis (21/11).
"Pemerintah daerah khususnya Kota Ternate telah menetapkan status tanggap darurat bencana gempa bumi selama 7 hari, terhitung dari 15 November hingga 21 November 2019. Pos komando Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi juga telah diaktifkan dan beroperasi di Kantor BPBD Kota Ternate. Sedangkan terkait upaya taktis operasional, pos lapangan didirikan di Kantor Camat Batang Dua yang ada di Pulau Mayau," ujarnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini