"Melalui bank sampah ini harapannya lingkungan menjadi lebih bersih, jumlah sampah di TPA menjadi berkurang, serta menjadi inovasi warga Tegalsari untuk mengangkat salah satu warga miskin melalui BPJS mandiri," ucap Ketua Tim Penggerak PKK, Krisseptiana Hendrar Prihadi dalam keterangan tertulis, Selasa (12/11/2019).
"Dengan banyaknya kegiatan semacam ini, tak hanya jumlah sampah yang dapat berkurang, melainkan juga penanganan warga miskin di lingkungan kita," imbuhnya. Tia, panggilan akrabnya, menyebut pihaknya akan terus mendorong upaya tersebut dengan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan untuk menciptakan inovasi-inovasi semacam itu.
"Adanya bank sampah yang semakin marak akan membawa manfaat bagi warga masyarakat. Adanya bank sampah yang membawa manfaat ini harus terus disosialisasikan ke masyarakat agar persoalan sampah di Kota Semarang semakin berkurang," jelas istri orang nomor satu di Kota Semarang ini.
Tia juga meminta seluruh masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Hal itu dikarenakan plastik merupakan material yang sulit terurai bahkan memerlukan ratusan tahun untuk dapat terurai. Apalagi, kata Tia, telah terbit Peraturan Wali Kota nomor 27 tahun 2019 tentang Pengendalian Penggunaan Plastik.
"Jangan sampai anak cucu kita yang menerima akibatnya. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tolak penjual yang memberikan kantong plastik sekali pakai, gunakan piring dan gelas ketika mengadakan pertemuan, bawa selalu kantong kain, tumbler, dan sedotan stainless steel. Ini harus kita lakukan karena sampahku adalah tanggung jawabku," ujarnya.
Hal itu, lanjut Tia, sejalan dengan Gerakan Pemerintah Kota Semarang #semarangwegahnyampah. Gerakan tersebut merupakan upaya mendorong dan mengedukasi masyarakat agar lebih peduli dan melakukan upaya pengurangan sampah dan menolak penggunaan plastik sekali pakai.
![]() |
Gerakan tersebut, kata Tia, dapat diimplementasi dengan mengurangi hasil sampah rumah tangga, menolak penggunaan plastik, botol plastik, sedotan sekali pakai, menggunakan kembali sampah yang sudah terlanjur dihasilkan, mendaur ulang, serta membusukkan sampah organik yang dihasilkan.
"Melalui berbagai upaya tersebut harapannya dapat membangun kesadaran masyarakat agar dapat bergerak bersama mengatasi persoalan sampah di Kota Semarang," pungkasnya. (mul/ega)