"Saya kira semua sepakat kalau urus zakat, modal utama ibadah. Tidak pernah ada keuntungan yang bisa didapat. Kalau masih ada yang berpikir seperti itu, sebaiknya berhenti saja jadi pengurus zakat," kata Fachrul dalam acara 'Malam Penganugerahan Zakat dan Wakaf 2019' di Royal Kuningan Hotel, Jakarta Selatan, Minggu (10/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu mungkin tidak tertangguh, sayang uangnya gitu. Atau yang paling banyak, mungkin karena tidak tau bagaimana melakukannya (membayar zakat). Atau yang ketiga, tidak percaya. 'Itu panitia zakat betul-betul sampai nggak saya bayar zakat itu. Jangan-jangan ke mana-mana perginya'," tutur dia.
Dia meminta para pengelola zakat untuk menjaga kepercayaan. Tujuannya, agar umat muslim yang mau membayar zakat tidak ragu.
"Sehingga lebih banyak pembayar zakat yang setia, akhirnya mencari sendiri ke mana dia bayar zakatnya itu dan hasilnya tentunya tidak efektif. Betul manfaat, tapi hanya terbatas saja dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan," ujar Fachrul.
Fachrul juga bicara soal orang yang 'nakal' ketika melakukan wakaf. Dia mencontohkan ada orang yang melakukan rekayasa atau ingin mendapat untung ketika mewakafkan sebuah tanah.
"Sehingga terjadilah yang nakal-nakal, sehingga yang tadinya menjadi satu sertifikat, mungkin dia berpikir, 'Ah kakek saya bilang nggak semua kok. Hanya sebagian saja yang di sini (wakaf). Di sini nggak'. Mungkin seperti itu," jelasnya.
Baca juga: Kala Menteri Agama Diminta Belajar Agama |
Fachrul mengatakan, zakat dan wakaf telah berjalan dengan baik. Proses administrasi, pengurusan sertifikat, dan alamat tujuan dari wakaf dan zakat telah berjalan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Upaya kita bersama mengenai ini, supaya zakat dan wakaf ini, betul-betul sampai ke alamat sesungguhnya dan tidak ada kebocoran di manapun. Alhamdulillah semua akuntable, semuanya bisa diaudit, sehingga kita semua bisa dengan ikhlas," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2











































