"Uji coba kemarin belum maksimal karena masih ada hambatan-hambatan yang belum terantisipasi oleh kita dan setelah uji coba, baru ketahuan. Persoalannya di mana gitu. Kemarin diantisipasi oleh kita dengan rapat-rapat. Jadi satu sisi mungkin bisa berjalan dari bawah 2 lajur, lajur 1-2, tapi kemudian di depan ada perbaikan jalan. Itu jadi bottleneck," kata Budi, ketika dihubungi, Selasa (29/10/2019).
Budi menerima catatan adanya sejumlah titik yang menjadi sumber masalah diberlakukannya sistem 2-1 di Puncak Bogor. Pertama, kata Budi, permasalahannya ada di kawasan Megamendung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyaknya pedagang kaki lima (PKL) yang memakan bahu jalan dan parkir sembarangan menyebabkan kondisi lalu lintas saat sistem 2-1 macet parah. Budi menyebut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor perlu menata Pasar Cisarua agar lalu lintas makin lancar.
"Tapi, menurut saya, perlu dipasang JPO (jembatan penyeberangan orang) di Pasar Cisarua itu, kemudian di jalan dipasang barier agar orang tidak bisa lalu-lalang. Kalau di Megamendung dalam penanganan jangka panjang, bisa dengan dibuat semacam underpass atau flyover, sehingga Megamendung tidak seperti sekarang ini. Tapi enggak tau ya karena domainnya itu Kementerian PUPR," beber Budi Setiyadi.
Termasuk pengaturan keluar-masuk kendaraan dari gang-gang di kawasan Puncak. Menurut dia, keluar-masuk kendara itu juga menjadi penghambat kelancaran sistem 2-1.
"Itu kan hambatan banyak banget. Jadi kalau kondisi itu tidak bisa, mungkin harus memang dengan pola lain jangka panjang, menurut saya, adalah jalur puncak II mulai digagas kembali," tuturnya.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini