Social Justice Warrior (SJW) adalah istilah yang belakangan menjadi populer di dunia maya. Istilah ini merupakan label bernada peyorasi untuk mereka yang kerap menyuarakan isu sosial-politik sembari mengkritik pemerintah.
Lini Zurlia adalah salah satu orang yang kerap mendapat label sebagai SJW. Label itu melekat padanya, ketika Lini mengungkapkan pendapatnya di akun Twitternya. Silakan ketik nama Lini dengan SJW di belakang di bagian pencarian, maka akan berjibun kicauan yang berisi makian lengkap dengan label SJW.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak kata itu muncul memang maknanya sudah peyoratif dan kerap digunakan untuk menyerang individu yang mengkampanyekan isu-isu keadilan sosial melalui media sosial. Biasanya yang mendapat serangan adalah yang keras menyuarakan soal pandangan politik, feminisme, juga isu lingkungan. Belakangan semua orang yang mengutarakan pendapat berbeda langsung dilabel SJW," kata Lini saat dihubungi Selasa (22/10/2019).
Selain itu, menurut Lini, label SJW memang dimaksudkan untuk memperkecil isu yang kerap disuarakan oleh para aktivis. "Menurutku itu melabel orang lain dengan SJW adalah bukan tanpa maksud, ya memang maksudnya mau mengecilkan isu yang disuarakan sekaligus merendahkan si pembawa pesan," lanjutnya.
Dia pun tak ambil pusing soal label SJW ini. Bahkan, dia ingin mendefinisikan ulang makna istilah SJW yang sudah terlanjur bermakna buruk.
"Karena udah keseringan dipanggil SJW, mungkin saya akan berupaya untuk reclaiming that word jadi bermakna positif," kata perempuan yang juga aktivis pro LGBT ini.
Dia juga menjawab soal narasi liar yang menyebut SJW ialah orang-orang yang mencari uang lewat penderitaan orang yang tertindas. Lini menilai, narasi ini begitu jahat. "Ini jahat banget sih yang punya pemikiran seperti ini. Justru yang dilabel SJW itu adalah orang-orang yang terpinggirkan dan dipinggirkan. Mereka termasuk saya, mencoba untuk bersuara keras agar peminggiran itu tak terus menerus dilakukan," tuturnya.
Alih-alih mengambil keuntungan dari isu yang terus ia suarakan, Lini bahkan kerap berkorban untuk kerja-kerja aktivismenya. Dia juga mencontohkan sosok selebgram tersohor, Awkarin.
"Awkarin dibilang SJW tuh, donor asing mana yang biayai dia? Dia banyak menghasilkan uang dari kerja perah keringat, tapi malah digunakan untuk membantu sesama. Saya juga dilabel SJW, upah kerja saya justru kadang tekor buat membantu membiayai kerja-kerja aktivisme saya. Rambut udah mulai ubanan tapi tinggal masih di kontrakan, uang jajan digunakan untuk kerja-kerja sukarelawan," ujarnya.
"Yang bilang SJW dapat donor asing, sini suruh ngopi bareng saya, tapi bayarin ya... hehehe," canda Lini.
Lini menilai label SJW takkan pernah mengganggu upayanya untuk terus menyuarakan isu sosial-politik dan membela mereka yang tertindas. Menurutnya, yang justru kerap menggangu langkahnya justru kekerasan aparat. "Yang menghambat kerja-kerja itu adalah aksi kekerasan aparat pada warga negara yang berlawan atas kesewenangan negara dalam memperlakukan warga negaranya melalui berbagai macam tindak ketidakadilan. Kalau cuma dibilang SJW sih bodo amat hehe," pungkasnya.
Ketika Riyanni Djangkaru Bicara Soal SJW Lingkungan
Ternyata dalam upaya pelabelannya, SJW juga kerap dibagi berdasarkan dua isu. Mereka yang kerap menyuarakan isu Hak Asasi Manusia (HAM) maka ia akan rentan mendapat julukan SJW HAM. Sedangkan mereka yang menyuarakan isu-isu penyelamatan lingkungan hidup, biasanya akan mudah mendapatkan julukan SJW lingkungan.
Label SJW lingkungan ini pun kerap melekat pada orang-orang yang menolak plastik. Salah satu contohnya ialah mereka yang mengkampanyekan agar sedotan plastik diganti dengan sedotan besi. Oleh sebab itu, sedotan besi juga kadang diganti namanya menjadi sedotan SJW.
Pemerhati lingkungan Riyanni Djangkaru pun akan bicara soal label isu lingkungan ini. Riyanni sendiri dikenal sebagai salah satu aktivis lingkungan yang giat menyuarakan isu penyelamatan hiu dan hidup tanpa plastik. Meskipun tak pernah secara langsung mendapat label SJW lingkungan, Riyanni menilai label tersebut memang bernada negatif.
"Saya baca arahnya kebanyakan pelabelan secara negatif mengenai sebuah tindakan yg dilakukan oleh seseorang," katanya saat berbicara dengan detikcom.
![]() |
Riyanni juga tak masalah, apabila nantinya ia akan mendapat label SJW lingkungan lantaran kegiatannya. Menurutnya, masalah edukasi lingkungan memang tak bisa dipaksakan.
"Tidak, masalah edukasi kan memang tidak harus dipaksakan, syukur-syukur bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk niatan dan gerakan serupa, kalau tidak juga tidak apa, masalah waktu," kata dia.
Dia percaya bahwa segala isu yang ia suarakan bisa diobrolkan dengan santai. Dia pun tak masalah apabila ada orang yang tidak menerima apa yang ia suarakan.
"Prinsip saya sih warung kopi saja, kita ngobrol, bicara santai, kalau tidak menerima tidak masuk ke dalam hati. Sejauh ini sih yang tidak menerima pun menyampaikan baik-baik saja, saya kurang tahu kalau yang tidak bicara langsung dan memberikan label tersebut. Mungkin yang megolok-olok sedang butuh hiburan untuk merasa lebih baik, jadi ya saya biasa saja," ungkapnya dengan santai.