Surat protes terhadap Google itu dilayangkan seorang warga Aceh, Haekal Afifa, bersama 32 warga lain dari sejumlah daerah di Indonesia. Mereka membuat surat bersama dalam dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Dalam surat tersebut, mereka menyebut dirinya sebagai Forum Masyarakat Melayu dan Aceh. Mereka menyatakan keberatan atas terjemahan dalam Google Translate dari bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia untuk 'anak Aceh', 'gadis Aceh', dan 'bocah Aceh'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka memahami produk terjemahan itu bersifat terbuka dan bisa diisi oleh siapa pun. Namun mereka menganggap Google harusnya punya mekanisme verifikasi terhadap segala bentuk masukan yang ada.
"Kami tahu bahwa produk Google Translate bersifat terbuka, dapat diisi sesiapa pun melalui kontributor. Akan tetapi, kami menganggap Tuan tidak memiliki mekanisme verifikasi terhadap segala hal yang masuk. Alhasil, produk Tuan telah mencederai harga diri dan marwah kami sebagai Melayu dan Aceh. Telah terjadi praktik diskriminatif, penanaman kebencian, mengolok-olok, serta merendahkan identitas Aceh dan Melayu yang inheren pada zahir dan batin kami," tutur mereka.
Berikut hasil terjemahan dari Google Translate atas frasa yang diprotes itu sebagaimana dicoba detikcom pada Rabu (16/10):
![]() |
![]() |
Haekal Afifa mengaku sudah mengirimkan surat ke Google Indonesia pada Selasa (15/10). Sementara itu, untuk kantor Google pusat dikirim via faksimile.
"Kenapa kita pertanyakan dan protes, agar persoalan ini tidak bias ke mana-mana dan menimbulkan perpecahan bangsa. Kita nggak ingin itu," kata Haekal.
Menurut Ketua Institut Peradaban Aceh ini, dia mengetahui adanya terjemahan rasis tersebut sejak dua Minggu lalu. "Iya, saya tahu sudah lama, cuma seberapa lama terjemahan itu di Google kita nggak tahu. Makanya kita tunggu klarifikasi Google Indonesia," tuturnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini