Cerita Tersangka Baros soal Ambulans untuk Angkut 'Jasad' Ninoy Karundeng

Cerita Tersangka Baros soal Ambulans untuk Angkut 'Jasad' Ninoy Karundeng

Tim detikcom - detikNews
Senin, 14 Okt 2019 21:21 WIB
Tersangka Baros (dok. detikcom)
Jakarta - Salah satu tersangka kasus penganiayaan Ninoy Karundeng, Rahmat Ismail alias Baros, mengungkap detik-detik penganiayaan hingga penyekapan terhadap Ninoy. Baros juga mengaku mendengar seseorang sempat menyebutkan akan mengangkut jasad Ninoy menggunakan ambulans.

Dalam wawancara eksklusif dengan detikcom di Polda Metro Jaya, Jumat (11/10/2019), Baros membeberkan kesaksiannya soal perundungan yang terjadi terhadap Ninoy di Masjid Al-Falaah, Pejompongan, Jakarta Pusat. Saat itu, dia mendengar sejumlah orang hendak 'mengeksekusi' Ninoy.

"Iya (dengar), 'noh ada ambulans di depan buat angkut mayat kamu'," kata Baros.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baros menjelaskan awalnya dia datang ke Masjid Al-Falaah bersama tersangka Riski Fauzan alias Fauzan pada Senin (30/9) malam. Saat itu mereka berdua sedang berkeliling untuk memberikan logistik berupa roti dan air mineral untuk korban demo yang terkena gas air mata.

"Nah pada waktu itu saya melewati Masjid Al-Falaah karena terjadi chaos saya berlindung di Masjid Al-Falaah. Nah akhirnya saya masuk ke wilayah Masjid Al-Falaah udah," tuturnya.

Selama itu, Baros dan Fauzan mondar-mandir ke masjid. Hingga sekitar pukul 02.30 WIB, Selasa, 1 Oktober 2019, Baros dan Fauzan melihat Ninoy tengah diinterogasi oleh tersangka Abdul Basyir.

"Kalau yang interogasi itu banyak, lebih dari 5 orang, karena di situ ada aksi massa demo yang nanya-nanya (Ninoy) gitu. Yang saya tahu (wajahnya) hanya Basyir," imbuhnya.

Baros juga mengaku melihat beberapa orang memukuli Ninoy, termasuk Irshad Ahmad, yang saat itu dipanggil 'habib' oleh massa.

"Irshad (memukul) pakai tangan kosong. Yang saya ketahui ada penendangan juga," kata Baros.








Baros mengaku sempat melerai ketika Ninoy dipukuli. Temannya, Fauzan, dan beberapa orang tim medis, katanya, juga ikut mencegah pemukulan terhadap Ninoy.

"Pas lagi ada pemukulan, saya langsung lerai, kita bilang, 'Jangan ada pemukulan, di sini masjid, rumah Allah, tidak boleh ada pertumpahan darah.' Saya dan Fauzan dan banyak juga orang tim medis juga melerai," tuturnya.

Meski begitu, Baros mengaku ikut mengambil data dari laptop Ninoy bersama tersangka Fauzan. Namun dia membantah menghapus data-data ponsel milik Ninoy.

"Kalau yang reset bukan saya, karena waktu saya lihat itu sudah terjadi reset. Tapi perkiraan saya yang laki yang interogasi Ninoy (yang me-reset), tapi saya nggak kenal namanya," bebernya.

Di tengah riuh itu, Baros mengaku mendengar ada yang menyerukan untuk mengeksekusi Ninoy. Dia juga mengaku mendengar ada yang berteriak untuk segera menyiapkan ambulans untuk mengangkut jenazah Ninoy.

"Setahu saya, Irshad (yang bilang) 'noh ambulans udah siap buat angkut mayat kamu', gitu," kata Baros menirukan kembali.

Baros mengaku mendengar beberapa orang, termasuk Irshad dan Basyir, sempat berdebat soal Ninoy.

"Yang saya ketahui, Abdul Basyir, dia ngobrol sama orang-orang katanya (agar Ninoy) dikeluarin. (Ada juga orang) yang saya ketahui pakai peci jenggot, termasuk Irshad (berteriak) 'udah keluar aja kita eksekusi'," urainya.

Baros mengaku di dalam masjid itu hingga pukul 06.00 WIB. Sesaat sebelum meninggalkan masjid, dia juga mengaku mendengar Abdul Basyir meminta kertas untuk membuat surat pernyataan Ninoy.

"Habis salat Subuh, Abdul Basyir minta kertas, pulpen, dan meterai. Saya sempat mendengar waktu Abdul Basyir minta kertas sama pulpen sama meterai," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(mea/mea)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads