"Alhamdulillah membaik. Evaluasi kami, pengurangan tingkat kekotoran bisa 20 persen diukur dari pm (partikulat) 2,5 nya," ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Andono Warih kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (14/9/2019).
Dalam data Dinas LH, terdapat dua stasiun yang memantau kualitas udara, yaitu Stasiun Bundaran HI dan Stasiun Kelapa Gading. Dua stasiun itu menggunakan hitungan pm 2,5. Makin tinggi nilainya berarti makin buruk kualitas udara Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada minggu ke-7 setelah uji coba atau ke-3 setelah pelaksanaan, di Bundaran HI nilai 61,02. Sedangkan padaminggu ke-7 sebelum uji coba adalah 65,82. Dengan begitu, terjadi penurunan 7,29 persen.
Sedangkan pada minggu ke-8 setelah uji coba atau ke-4 setelah pelaksanaan adalah 62,34. Sedangkan pada minggu ke-8 sebelum uji coba adalah 62,34. Maka terjadi penurunan sebesar 6,31 persen.
"Walau di minggu ke-7 dan 8 persentase penurunan tidak terlalu besar, hal tersebut terjadi karena kondisi Jakarta yang pada saat itu, kerap adanya aksi demonstrasi yang cukup besar sehingga pelaksanaan gage sempat dihentikan sementara. Serta ada perbaikan di depan Stasiun Bundaran HI," ucap Andono dalam penjelasan datanya.
Sementara itu, kualitas udara naik cukup tinggi di Stasiun Kelapa Gading. Nilai kualitas udara pada minggu ke-7 setelah uji coba atau minggu ke-3 setelah pelaksanaan adalah 45,62. Sedangkan pada minggu ke-7 sebelum uji coba adalah 61,68. Berarti, ada penurunan nilai sebesar 26,03 persen.
Sementara pada minggu ke-8 setelah uji coba atau ke-4 setelah pelaksanaan, nilainya 42,11. Sementara pada minggu ke-8 sebelum uji coba adalah 64,38. Artinya, ada penurunan sebesar 34,58 persen.
"Jika dilihat dari konsentrasi penurunan (di stasiun Kepala Gading) rata-rata setiap minggu, terlihat penurunan yang semakin tinggi dari minggu ke minggu. Di mana pada minggu ke-8 terjadi penurunan sebesar 34,58 persen," kata Andono.
Simak Video "Efektifitas Perluasan Ganjil-Genap dan Perbaikan Kualitas Udara"
Halaman 2 dari 2