Inovasi Urine Kambing dari Lampung Mampu Suburkan Pertanian

Inovasi Urine Kambing dari Lampung Mampu Suburkan Pertanian

Nurcholis Maarif - detikNews
Rabu, 09 Okt 2019 13:10 WIB
Foto: Nurcholis Maarif/detikcom
Way Kanan -

Jika selama ini bank identik dengan transaksi soal keuangan, bagaimana jika materi yang menjadi alat transaksi nasabah berupa air kencing atau urine kambing? Lalu laba atau bunga pokok yang didapat nasabah adalah berupa pupuk organik cair (POC).

Konsep inilah yang diterapkan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) Tunggal di Kampung Negeri Sungkai, Kecamatan Gunung Labuhan, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Bahkan konsep 'bank urine' ini yang membuatnya masuk dalam Bursa Inovasi Desa atau menu inovasi nasional yang digarap Kementerian Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) alih-alih pembuatan POC dari urine kambing itu sendiri.

Ketua Gapoktan Tunggal Eko Basuki mengakui, pengembangan urine kambing menjadi POC sudah banyak dilakukan, khususnya oleh beberapa masyarakat di Lampung dan sudah tersedia di pasaran. Namun, konsep 'bank urine' ini yang membuat juri dari Universitas Lampung (Unila) terpikat saat dipresentasikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal terbentuknya bank urine ini kita hanya coba-coba. Gimana kalau proses pengumpulan urine ini kita jadikan wadah, respons pengurus cukup mendukung. Kita coba tertibkan administrasinya dan beberapa bulan mendapat informasi ada semacam kompetisi di kabupaten, kita coba ikut untuk memperkenalkan inovasi kita," ucap Eko saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.


"Alhamdulillah sambutan dari dewan juri rata-rata dari Unila menyambut dengan baik atas judul yang kita berikan, terutama di judulnya. Kita sudah mengambil judul yang pas," imbuhnya.

Eko menceritakan, awal mula membuat urine kambing ini diawali diri sendiri. Semula dirinya mendapat pelatihan dari dinas terkait pada tahun 2017 dan mencoba mengembangkan pupuk organik ini sendiri. Lalu pada tahun 2018 ia merekrut teman-teman gapoktan untuk menggunakan pupuk tersebut.

"Ide membuat bank urine ini kita mulai tahun 2019 dengan merangkul semua peternak di Kampung Negeri Sungkai untuk jadi anggota bank urine. Untuk tertib administrasi di awal 2019, sempat tertatih-tatih dan tidak berjalan lancar, banyak sekali halangan dan lain-lainnya, terutama masalah permodalan," imbuhnya.

Lebih lanjut Eko menjelaskan, setiap peternak memasang terpal dan jeriken di bawah kandang kambing miliknya sebagai wadah pengumpulan urine. Beberapa peralatan ini juga diterima peternak atas bantuan pemerintah kampung sehingga peternak lebih bersemangat mengikuti kegiatan ini.

Inovasi Urine Kambing dari Lampung Mampu Suburkan PertanianFoto: Nurcholis Maarif/detikcom



Adapun nasabah bank urine terdiri dari 41 orang anggota Gapoktan dan beberapa masyarakat sekitar. Setiap nasabah yang terdaftar wajib menyetor urine kambing minimal dua minggu sekali.

"Dalam dua minggu bervariasi yang menyetor. Ada yang 15 liter, paling tinggi sampai 22 liter. Kalau 20 liter urine kambing itu dari sekitar 4 sampai 6 kambing," ucapnya.


Untuk pengembangan lebih lanjut, kata Eko, pihaknya ingin memasarkan POC milik Gapoktan ke luar kampung meskipun saat ini terkendala di modal, tempat produksi yang berpindah-pindah, dan izin penjualan. Untuk itu, ia juga telah berkoordinasi dengan Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam, sama dengan BUMDes) untuk mengembangkan inovasinya secara bersama-sama.

"Kami akan terus mengembangkan, administrasi akan diperbaiki, dan harapan saya untuk pemerintah, kami ini baru merintis, jadi tentunya banyak sekali kekurangan dan tolong diperhatikan untuk pemasaran dan masalah permodalan," pungkas Eko.

Salah seorang peternak dan anggota gapoktan Tunggal, Suparman mengaku menyetor urine kambing sekitar 15 liter per dua minggu dari 4 kambing miliknya. Setelah dikelola, ia mendapat sekitar 25 liter POC yang digunakannya untuk memupuk sayuran, padi, jagung, palawija, padi, singkong, dan juga buah-buahan.

"Untuk padi dan singkong juga bisa. Kalau sekarang mangga dekat gardu juga kami berikan pupuk tersebut. Harga lebih murah dibanding dengan pupuk kimia, kemudian rasanya beda dengan pupuk organik, rasanya lebih enak dibanding memakai pupuk kimia," ucap Suparman.

Sementara itu, Ketua BUMKam Kampung Negeri Sungkai Sohandi mengatakan siap untuk membantu pemasaran POC atau menjadikannya salah satu unit usaha. Menurutnya, selama ini penggunaan modal unit usaha yang didapat dari Dana Desa dilakukan setelah berkomunikasi dengan warga.


Ia mencontohkan, BUMKam Kampung Negeri Sungkai telah membeli 6 sapi dari anggaran Dana Desa sebesar Rp 51 juta. Sapi ini dikelola dan digemukkan oleh warga setempat. "Kami selaku BUMKam, minta pendapat sama masyarakat, diarahin ke Sapi. Bahkan kini sapinya sudah ada yang hasil atau hamil," ucapnya.

Adapun Wakil Bupati Way Kanan Edward Antony bersyukur karena dari 20 inovasi desa yang diusulkan ke provinsi, satu inovasi dari Way Kanan bisa jadi menu nasional. Menurutnya, hal ini sesuai dengan upaya pemda yang gencar memproduksi tumbuhan organik dengan pupuk organik dan tidak mengandung pestisida sehingga masyarakat lebih sehat.

Ia juga mengatakan, sejak bergulirnya Dana Desa, Way Kanan yang sebelumnya merupakan kabupaten tertinggal nomor 2 di Sumatera kini bisa naik kelas. Menurutnya, Dana Desa di Way Kanan lebih banyak digunakan untuk infrastruktur di desa-desa dan modal usaha BUMDes, termasuk di Kampung Negeri Sungkai yang digunakan untuk pembuatan sumur bor di 4 titik.

"Namun, modal sering jadi kendala, termasuk SDM. Kalau kita di sini di kampung, SDM kualitas cukup rendah sehingga perlu dilakukan tidak saja instruksi, tetapi pelatihan yang cukup. Bila perlu berulang kali, juga hal-hal yang praktis, biar langsung tahu dan merasakan," ucap Edward.

"Namun, kami juga berharap bisa ditambah lagi anggarannya. Mereka butuh modal, lalu SDM-nya, dan tidak lupa yang paling penting untuk pemasarannya," pungkasnya.

Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT, klik di sini.


(prf/ega)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads