"Kepingin (bawa ke jalur hukum), cuma ya takut. Saya nggak bisa ini, ya maklum lah namanya saya orang bodoh ya, nggak ngerti hukum. Mungkin saya juga mau cari pendamping buat nemenin saya untuk mengajukan kasus ini," kata ayah Akbar, Adang, di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2019).
Saat ini, keluarga berfokus pada kesembuhan Akbar. Mereka ingin memberikan dukungan yang maksimal untuk anak bungsunya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini, keluarga tak tahu persis peristiwa apa yang menimpa Akbar hingga akhirnya koma. Ibunda Akbar, Rosminah, mengatakan tak ada saksi mata yang bisa menjelaskan detailnya.
"Masalah pelakunya siapa-siapa, saya nggak bisa apa-apa ya. Nggak ada saksi juga. Nggak ada saksi sama sekali," ucap Rosminah.
Saat pertama kali melihat kondisi Akbar di RS Polri, Rosminah mengatakan kepala anaknya bengkak dan wajahnya tak berbentuk. Dia menduga anaknya jadi korban pemukulan.
"Itu mungkin kena pukulan. Bibir itu sudah menutupi lubang hidung besarnya. Terus kepala keadaannya nggak diperban. Katanya itu habis dioperasi dari RS Pelni," sambung Rosminah.
![]() |
Dari RS Polri, Akbar kemudian dipindah ke RSPAD Gatot Subroto 4 hari kemudian. Dia mendapatkan perawatan intensif karena tempurung kepalanya hancur. Rosminah mengatakan ada pula masalah pada ginjal anaknya. Hingga saat ini, Akbar masih terbaring koma.
Sementara itu, Polri mengatakan, Akbar jatuh dari pagar, bukan mengalami penganiayaan. "Kalau Akbar, untuk yang Akbar ya, dia itu jatuh dari pagar Pulau Dua, kepala duluan yang kena," kata Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo saat dihubungi terpisah.
Dedi mengatakan ada saksi yang melihat saat Akbar jatuh dari pagar di sekitar Restoran Pulau Dua, dekat kompleks DPR/MPR. Saksinya, menurut dia, adalah buruh dan mandor bangunan yang sedang melakukan renovasi.
Halaman 2 dari 2