Orang utan jantan yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun itu dievakuasi tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut dari perkebunan warga di Desa Aek Batang Paya, Kecamatan Sipirok. Lokasi ini berbatasan dengan Kawasan Ekosistem Batangtoru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses evakuasi itu berlangsung pada Rabu (18/9). Ini bermula dari laporan warga tentang keberadaan orang utan yang terluka. Seterusnya hewan tersebut dibawa ke Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan di Batu Mbelin, Kabupaten Deli Serdang.
Ada beberapa luka di tubuh orang utan tersebut. Antara lain di bagian pelipis dan di badan bagian belakang. Dugaan sementara, luka tersebut diakibatkan benda tajam.
Kasus konflik orang utan Tapanuli dengan warga memang kerap terjadi, tapi belum pernah seperti ini. Pemicunya, karena sekarang sedang musim petai dan musim durian, orangutan banyak menongkrongi pohon-pohon milik petani setempat.
"Konflik selama ini ada saja. Cuma bisa kita halau, usir masuk lagi ke dalam hutan. Ini masalahnya lagi musim buah di sana. Makan durian, makan petai. Sudah cukup banyak yang turun ke kebun. Sudah cukup banyak durian yang dimakan memang," kata Hotmauli.
Sebenarnya, kata Hotmauli, dalam dua bulan terakhir, ada petugas BBKSDA yang memonitor pergerakan orang utan di seputar Batangtoru karena sedang musim buah. Hal ini untuk mengantisipasi konflik warga dengan orang utan, tapi personel terbatas dan area demikian luas, sehingga tidak semua lokasi terjangkau.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini