Berdasarkan data dari BNPB, Senin (16/9/2019) per pukul 16.00 WIB, terdapat 513 titik api di Kalteng dan 58 titik api di Riau. Kebakaran itu menimbulkan asap sehingga udara menjadi berbahaya.
Masih berdasarkan data dari BNPB, kualitas udara di Kalteng berada pada angka 1.939 alias berbahaya. Sedangkan kualitas udara di Riau berada di angka 339, yang juga berbahaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Buruknya kualitas udara di kedua wilayah itu juga ditampilkan AirVisual. Berdasarkan data AirVisual, Air Quality Index (AQI) di Palangka Raya per pukul 16.00 WIB menunjukkan angka 1,519 dan Pekanbaru berada di angka 159.
AQI mempunyai rentang nilai 0-500. Makin tinggi nilai AQI, artinya makin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut.
AQI merupakan indeks yang digunakan AirVisual untuk menggambarkan tingkat polusi udara di suatu daerah. AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, yaitu PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.
Kembali ke BNPB. Untuk wilayah Kalteng, berdasarkan data dari BNPB, ada 44.769 ha lahan yang terbakar. Proses pemadaman dilakukan dengan mengerahkan 1.512 personel dan 9 helikopter.
Sementara itu, di wilayah Riau, ada 49.266 ha lahan yang terbakar. Ada 7 helikopter dan 1.512 personel yang diterjunkan untuk memadamkan api.
Selain kedua provinsi itu, karhutla masih terjadi di wilayah lainnya, seperti Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat. Udara di Sumsel, Jambi, dan Kalbar juga terpengaruh asap karhutla sehingga menjadi tidak sehat.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini