Kisah Bung Karno Ziarah ke Makam Imam Bukhari di Uzbekistan

Kisah Bung Karno Ziarah ke Makam Imam Bukhari di Uzbekistan

Nurcholis Maarif - detikNews
Senin, 16 Sep 2019 11:49 WIB
Foto: Dok MPR
Jakarta - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah memimpin delegasi Pemerintah Indonesia melakukan kunjungan ke Uzbekistan. Ia berharap agar hubungan baik Indonesia dan Uzbekistan ditingkatkan.

Salah satunya dengan menjadikan makam Imam Bukhari sebagai destinasi wisata religi bagi masyarakat muslim Indonesia.

"Hubungan kedua negara dapat ditingkatkan dengan kerja sama kebudayaan dan pariwisata. Salah satunya menjadikan makam Imam Bukhari sebagai destinasi wisata religi masyarakat muslim Indonesia. Sebaliknya makam-makam tokoh-tokoh yang menyiarkan Islam di Indonesia seperti Wali Songo juga dapat menjadi destinasi wisata religi masyarakat Uzbekistan ke Indonesia selain destinasi wisata lainnya seperti Bali, Pulau Komodo, dan lain lain," ucap Basarah dalam keterangan tertulis, Senin (16/9/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Basarah mengatakan kunjungannya bersama delegasi adalah untuk melanjutkan silaturahmi yang pernah dilakukan oleh Presiden Pertama Soekarno pada tahun 1956 dan 1961 saat berkunjung ke Samarkand, Uzbekistan. Selain itu, juga menyampaikan amanah Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri yang juga putri Presiden Soekarno yang berpesan agar bangsa Indonesia menghormati Imam Bukhari sebagai seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang hadist-hadistnya menjadi rujukan umat Islam sedunia.

Basarah mengenang peran Soekarno di balik penemuan makam Imam Bukhari di Uzbekistan yang merupakan negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet. Menurutnya, sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai ketika paska Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955. Pemerintah Soviet mengundang Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow. Saat itu, Soekarno sadar sebagai Presiden Indonesia yang dianggap sebagai pemimpin negara-negara non blok harus bersikap netral terhadap blok timur maupun blok barat.

Pada sisi lain, Soekarno menyadari bahwa Indonesia butuh dukungan Soviet untuk melegitimasi eksistensi negara-negara non blok dan kesepakatan yang telah dicapai dalam KAA tahun 1955. Soekarno juga menyadari membutuhkan dukungan Soviet untuk menghadapi berbagai upaya negara-negara barat yang masih terus berusaha menjajah dan menguasai kembali Indonesia. Sementara itu, Soekarno mafhum bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam sehingga tidak mungkin Indonesia akan ikut blok timur yang dipimpin oleh negara komunis Soviet.

"Situasi itu yang oleh Soekarno disiasati dengan sangat cerdas. Dengan mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan atau ditemukan makam Imam Bukhari seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu. Kata Soekarno kepada Presiden Soviet, 'aku sangat ingin menziarahinya'", jelas Basarah.

Menurut Muazin Masjid Imam Bukhari, Israil, menjelang kedatangan Soekarno pada tahun 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar. Akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut kedatangan Soekarno. Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukannya dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak dari pintu depan menuju makam ketika turun dari mobil yang mengantarnya.

"Presiden Soekarno merangkak menuju makam lalu memanjatkan doa dan dilanjutkan salat serta membaca Al-Quran," terang Israil.


Keterangan tersebut diperkuat olehpenjaga makam Imam Bukhari, Muhammad Maksud. Menurutnya, atas jasa Soekarno, kompleks makam Imam Bukhari kini dipugar hingga terlihat sangat megah seperti saat ini. Kini kompleks makam seluas 10 hektare ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Selain Basarah, delegasi MPR lain yang hadir dalam kunjungan tersebut di antaranya Zainut Tauhid (PPP), Bachtiar Aly (Nasdem), Hamka Haq (PDIP), M Toha (PKB), Safrudin (PAN), Deding Ishak (Golkar), dan Adrianus Garu (DPD RI). (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads