Soal Veronica Koman, BSSN: Serangan Siber Bisa dari Perorangan atau Kelompok

Soal Veronica Koman, BSSN: Serangan Siber Bisa dari Perorangan atau Kelompok

Rahel Narda Chaterine - detikNews
Rabu, 11 Sep 2019 14:31 WIB
Kepala BSSN Hinsa Siburian (Rachel/detikcom)
Jakarta - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian memberikan imbauan terkait kasus provokasi insiden asrama Papua di Surabaya, Veronica Koman. Hinsa mengatakan serangan siber bisa dilakukan siapa saja, baik oleh kelompok maupun perseorangan.

"Kita sih sebenarnya mengimbau dari BSSN ini. Yang intinya, kita selalu saya katakan SARA, yang kalau hoax misalnya, atau serangan siber itu bisa dilakukan perorangan, bisa kelompok, bisa dilakukan oleh siapa saja, dan dari mana saja kan begitu. Yang penting adalah masyarakat kita, masyarakat kita yang diserang itu kan pikiran, pikiran manusia kan, dengan terutama dalam hal hoax-hoax segala macam," kata Hinsa di kantor BSSN, Jalan RM Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2019).


Hinsa menjelaskan, hoax memang menargetkan untuk menyerang pikiran manusia. Untuk melawan hal itu, Hinsa berpesan agar masyarakat membekali dirinya dengan pengetahuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Maka itu juga harus dilawan dengan pikiran yang manusia juga, pikiran dalam arti kita sudah punya dibekali pengetahuan, tata krama, sopan santun, dan juga sudah sekolah juga banyak mendapat pelajaran supaya ketika ada suatu informasi jangan langsung percaya atau kita kan juga diharapkan jangan mudah dibohongi dengan berita-berita hoax. Jadi ini sebenarnya kita harapkan masyarakat kita lebih cerdas dalam hal menanggapi sesuatu informasi yang belum tentu kebenaran. Dan saya lihat ini semakin ke depan ini masyarakat sudah semakin cerdas untuk menanggapi isu-isu itu," ujar dia.



Menurut Hinsa, masyarakat kini sudah cerdas untuk membedakan informasi yang hoax dan benar. Yang paling penting, kata Hinsa, adalah melakukan pengecekan ulang terhadap semua informasi yang diterima.

"Tapi memang ini di media sosial, ya kelihatan banyak ya, tetapi saya pikir dari sejumlah sekian ratus juta penduduk kita, saya yakin mereka lama kelamaan juga semakin cerdas, juga semakin jeli, semakin bisa menerima, apakah berita ini benar atau tidak, apakah berita ini berita bohong. Saya pikir ini yang perlu kita sosialisasikan, terutama rekan-rekan media ya. Jangan terlalu cepat percaya dengan sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya, kan di situ sebenarnya, kembali ke cara berpikir kita semua," imbuh Hinsa.


Polda Jatim sebelumnya sudah melayangkan panggilan pemeriksaan terhadap Veronica Koman. Polda Jatim akan mengeluarkan DPO jika Veronica tidak kunjung memenuhi panggilan.

Polisi juga sudah meminta Ditjen Imigrasi Kemenkum HAM untuk mencabut paspor. Selain itu, polisi sudah berkoordinasi dengan Konjen Australia untuk memastikan keberadaan Veronica.

"Mudah-mudahan di panggilan kedua ini pihak Hubinter (Hubungan Internasional) merespons secara positif dan akan mengirim surat ini ke KBRI setempat. Namun, apabila yang kedua tidak direspons, kami akan mengeluarkan DPO kepada yang bersangkutan," ujar Kapolda Jatim Irjen Luki Hermawan di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Selasa (10/9).
Halaman 2 dari 2
(knv/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads