"Setelah hotspot terpantau yang kita deteksi dari satelit kira akan komunikasi dan verifikasi ada tidaknya api karena bisa saja itu merupakan area terbuka. Kita juga sudah petakan aktivitas dan pemilik lahan untuk pencegahan," kata Fire Operation Management APP Sinar Mas Deny Widjaya di kantornya, Perawang, Riau, Selasa (3/9/2019).
Jika sudah terbukti ada api, masalah yang harus dipecahkan selanjutnya adalah mencari sumber air untuk memadamkannya. Jika tak ada, mereka pun membawa peralatan seperti sekop untuk menggali sumber air.
Saat api padam, tak jarang mereka menemukan barang bukti pembakaran hutan yang disengaja. Maka kali ini diperlukan kolaborasi dengan aparat untuk menemukan pelaku pembakaran hutan.
"Biasanya pelaku pakai jalan tikus. Kami diperbantukan untuk deteksi dulu. Biasanya kami kirim video dan foto kirim ke satgas dan kami jadi saksi. Kolaborasinya seperti itu. Sampai agustus 4-5 orang pelaku dan sudah dipenjara di polsek," jelas dia.
Selama perjalanan menjadi pemadam, Deny mempelajari habit para pelaku pembakaran hutan yang biasanya beraksi secara individu.
"Rata-rata kebakaran di luar konsesi mereka pakai obat nyamuk, disebar bensin, sawit yang busuk minyaknya banyak lalu dibakar dibuang ke lahan," sambung Deny.
Bukan cuma itu, biasanya pencari madu juga menyebabkan kebakaran karena mereka mengusir lebah dengan asap. Lalu sumber asap dan api itu mereka buang sembarangan sehingga terjadi kebakaran.
Oleh karena itu, setiap petani madu yang hendak masuk ke wilayah konsensi didaftarkan dan dituntut untuk disiplin menjaga hutan. Deny dan tim menginformasikan cara mereka bekerja memadamkan hutan. Pertama, contain yaitu membuat sekat di sekeliling jalur api agar tak merambat.
Kedua, control membuat sekat bakar yang aman di sepanjang garis api. Ketiga mop up, pemadaman dengan menghilangkan semua titik api. Terakhir api out, memastikan semua titik panas dan asap sudah tidak ada. (mul/ega)