Namun siapa sangka, Siau sungguh sangat mudah untuk membuat siapa pun yang menyinggahinya terpukau. Bukan cuma soal destinasi wisata tapi potensi ekonomi lainnya yang bikin berdecak kagum.
"Kami adalah kabupaten Siau Tagulandang Biaro yang disingkat Sitaro. Baru berdiri 12 tahun, 3 periode pemerintahan, jumlah penduduknya 75 jutaan dan terdiri dari 47 pulau yang berpenghuni hanya 10 pulau. Daratan di sini hanya 10 persen," kata Bupati Sitaro Evangelian Sasingen memperkenalkan wilayahnya kepada detik.com, Rabu (14/8/2019).
![]() |
Dia mengatakan sebagian di daerah yang bependuduk sebagian besar nelayan dan pekebun ini, ada banyak potensi pariwisata yang belum tergali sempurna, misalnya Timboko yang merupakan pantai berarir hangat.
"Itu air hangatnya kalau di tempat lain kan bau belerang kami tidak ini berasal dari gunung bukan cuma hangat tapi hangat sekali. Bahkan karena ada cahaya matahari kadang warnanya berubah," ucap dia.
Ada juga Pulau Mahoro dan Makelehi yang jadi spot diving dan masih kaya akan bawah lautnya. Makanya dia pun merancang banyak rencana untuk mengembangkan sektor pariwisata di sini.
"Kita sudah ada MoU dengan Badung, Bali belajar pariwisata untuk mengembangkan hotel dan desa wisata, agar semua desa bisa kelola untuk meningkatkan pendapatan buat desa," lanjutnya yang meneruskan tampuk kepimpinan suaminya ini sebagai kepala daerah.
Dia mengaku beberapa investor dari Jepang dan Bali telah melirik potensi cantik di Sitaro namun masih terkendala lahan.
"Saya juga sedang lobi teman pengusaha buat kapal pesiar tapi ukuran standar sehingga kalau mau diving bisa pindah ke satu tempat ke lainnya. Jadi cuma muter di atas kapal," tukasnya,
Selain di sektor pariwisata, Sitaro juga punya andalan lain yaitu pala yang diklaim punya kualitas nomor 1 di dunia.
"Kalau untuk di 3 pulau yang paling banyak itu dari Siau ekspor belum bisa langsung ada pembeli lokal punya kerja sama dengan Surabaya. Dari Surabaya ke Pasar Eropa karena kami belum punya ke pelabuhan ekspor," terang Eva.
Eva menyebut pala-pala di sini punya keunggulan minyak asiri tinggi yang dibutuhkan oleh industri kosmetik. Bukan cuma itu, penduduk pun telah mengolah pala sebagai wine.
"Di sini pala lebih berkualitas dan bagus karena topografi bebatuan. Pala hidup di lahan kering kan. Kalau pala kami di sini punya daging kecil biji besar. Kalau Maluku biji kecil buah besar. Kan yang punya harganya itu biji dan fulinya," sambungnya.
Dia pun mendorong agar pembibitan pala maksimal serta memberikan bantuan berupa alat-alat pengering yang mencegah toksin.
Dengan kayanya potensi yang dimiliki Sitaro, Eva bersyukur pemerintah turut berkontribusi membangunnya. Salah satunya melalui dana desa yang dapat membangun para pekebun pala serta pembangunan desa wisata.
"Memang kami karena daerah baru masih sangat buruh dukungan dari pemerintah pusat apalagi dari daerah kepulauan jadi kami tidak mungkin sendiri untuk bisa dikembangkan daerah kepualauan kami. Kalau ada perhatian khusus desa seperti ini kami sangat mengharapkan bagi pembagunan masyarakat," tutup Eva. Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini.
(mul/mpr)