"Pemindahan ibu kota atau pusat pemerintah ini berkaitan dua hal, faktor mendorong dan faktor penarik, apa yang mendorong kita pindah ke kota itu dan menarik di kota yang dituju itu. Di dalam sejarah Indonesia faktor pendorong dan penarik terlihat ini ketika pusat pemerintahan pindah ke Yogya pada 4 Januari tahun 1946," kata Asvi di diskusi polemik 'Gundah Ibu Kota Dipindah' di d'Consulate Resto & Lounge, Jl KH Wahid Hasyim No 49-51, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/2019).
Asvi menyebut saat itu faktor keamanan lah yang membuat ibu kota dipindahkan. Sebab, menurutnya, situasi di Jakarta tidak aman pada 1946.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaca pada sejarah itu, menurut Asvi, rencana pemindahan ibu kota oleh Presiden Joko Widodo saat ini sudah memenuhi unsur 2 faktor tersebut. Asvi menilai faktor ketidaknyamanan Jakarta saat ini menjadi salah satu faktor pendorong ibu kota harus dipindah.
"Faktor pendorong itu ada seperti kemacetan yang kita bisa bayangkan 40 tahun lagi gimana, kemudian banjir, tenggelamnya Jakarta Utara karena kenaikan air laut 2 cm yang terus meningkat ada yang meramal tahun 2050 90 persen Jakarta Utara tenggelam. Belum lagi faktor-faktor yang lain. Itu yang menjadikan itu faktor pendorong," ujar Asvi.
Baca juga: Pesan Tulus Amien Rais untuk Jokowi |
Kemudian, ia menilai pemilihan Pulau Kalimantan sebagai lokasi ibu kota baru menjadi pilihan yang tepat. Sebab, lokasi Pulau Kalimantan yang berada di tengah sangat cocok dengan rencana pemerintah yang ingin melakukan pemerataan pembangunan.
"Faktor penariknya juga jelas harapan bahwa dengan ditempatkan ibu kota di tengah-tengah itu akan mendorong mewujudkan pembangunan menoleh ke timur," kata Asvi.
Simak Video "NGOBS KUY! Pindah Ibu Kota"
(ibh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini