"Sekarang tasamuh. Kalau tidak cerdas nggak mungkin tawassuth, yang tawassuth pasti cerdas. Kalau nggak cerdas ikut yang cerdas aja deh. Kalau yang nggak tawassuth orang nggak cerdas alias rodo kurang. Kafar, kafir, kufron," Said Aqil mengawali cerita tentang sifat pemaaf Nabi di The Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Selasa (20/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prinsip tasamuh, toleran. Quran memberikan contoh ketika Nabi Muhammad kedatangan tamu Kristen Najran, apa kata Quran memerintahkan Muhammad? Monggo, monggo, silakan duduk, ayuk kita bincang-bincang entah kami atau Anda yang benar atau kami yang salah atau kami yang benar, Anda yang dholalim mubin. Itu namanya toleransi yang luar biasa," sebut dia.
Selain itu, dia juga mengisahkan saat Nabi Muhammad SAW masuk ke Mekah. Ketika itu, menurut Said Aqil, ada umatnya yang ingin balas dendam.
"Kemudian ketika masuk Kota Mekah bawa pasukan 15 ribu orang kafir ketakutan, dibagi bagi ada yang korban sahabat mati lima di situ ada perlawanan," katanya.
"Ada yel-yel sahabat. Hari ini hari balas dendam. Yang dulu membunuh, kita bunuh lagi, yang dulu menyakiti, kita sakiti lagi. Nabi kaget, siapa itu. Jangan. Hari ini hari rekonsiliasi. Tidak ada balas dendam," dia menambahkan.
Pria lulusan Universitas Umm Al-Qura ini juga menceritakan kisah seorang ayah yang mengancam anaknya sendiri lantaran menolak masuk Islam. Sang ayah mengancam akan membunuh anaknya jika tidak menjadi Muslim.
"Begitu ada seorang ayah mengancam, meneror anaknya agar masuk Islam, turunlah ayat Quran, Jibril datang dengan dua ayat," kata dia. (gbr/idn)