Jakarta -
Enzo Zenz Allie yang sempat dikait-kaitkan dengan organisasi terlarang HTI tetap dipertahankan menjadi Taruna Akademi Militer (Akmil). TNI menyatakan indeks moderasi bernegara Enzo sudah memenuhi standar.
Sosok Enzo pertama kali dikenal masyarakat lewat video viral yang menampilkan percakapannya dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam bahasa Prancis. Perbincangan itu terjadi saat Enzo mengikuti sidang pemantauan akhir (pantukhir) terpusat di Akademi Militer, Magelang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video lengkap tentang Enzo diunggah di akun YouTube resmi TNI AD. TNI AD menyebut pria bernama lengkap Enzo Zenz Allie itu adalah anak dari warga Prancis bernama Jean Paul Francois Allie dan warga Indonesia bernama Siti Hajah Tilaria. Ayah Enzo sudah meninggal pada 2012.
Masa kecil Enzo dihabiskan di Prancis. Dia mulai sekolah di Indonesia sejak SMP dan sempat mengikuti pendidikan pesantren di Serang.
 Foto: Enzo, Taruna Akmil Keturunan Prancis Viral di Medsos (Dok. TNI AD) |
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan status kewarganegaraan taruna Akmil keturunan Prancis, Enzo Zenz Allie, adalah WNI. Hadi menjelaskan status WNI merupakan salah satu syarat menjadi taruna Akmil.
"Iya (Enzo) WNI, karena mulai dari pendaftaran kan harus persyaratannya itu, diterima sebagai calon," kata Hadi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/8).
Setelah video perbincangan Enzo dengan Panglima viral, ramai juga dibahas netizen mengenai latar belakang pria keturunan Prancis tersebut. Salah satu yang disorot yakni foto yang disebut Enzo tengah membawa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid.
Narasi yang berkembang mengaitkan Enzo dengan organisasi terlarang HTI. Namun tuduhan itu dibantah pesantren tempat Enzo menimba ilmu.
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8).
Terkait viral foto tersebut, TNI langsung melakukan penelusuran. TNI menegaskan proses penjaringan dilakukan secara terus-menerus.
Penjaringan pun tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Tetapi penjaringan juga dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujar Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi saat dihubungi, Rabu (7/8).
Setelah sepekan berlalu, TNI mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap Enzo yang dikaitkan dengan HTI. Enzo tetap dipertahankan TNI.
KSAD, Jenderal Andika Perkasa, mengatakan sejak awal TNI tidak ragu dengan 364 orang taruna Akmil yang telah diterima. Semua taruna telah memenuhi standar sesuai dengan alat pengukuran yang telah lama diterapkan, dari akademik, kesehatan jasmani, psikologi, sampai mental.
"Tapi karena kemudian ada info tambahan tentang salah satu taruna kami, yaitu Enzo Zenz Allie, maka kami pun berusaha untuk, oke, kami ingin terbuka, membuka diri," kata Andika dalam jumpa pers di Mabesad, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Pengukuran itu berlangsung pada 10-11 Agustus 2019. Salah satu yang diukur adalah indeks moderasi bernegara. Enzo mendapat nilai 5,9 dari nilai maksimal 7.
"Indeks moderasi bernegaranya cukup bagus. Oleh karena itu, kami Angkatan Darat memutuskan untuk mempertahankan Enzo dan semua taruna-taruna militer yang kami terima beberapa waktu lalu," ungkapnya.
Kendati demikian, Andika mengatakan belum tentu nantinya Enzo akan menjadi anggota aktif TNI. Penilaian untuk menjadi seorang perwira dilakukan secara terus menerus.
Kepala Staf TNI AD (KSAD), Jenderal Andika Perkasa, Enzo dipertahankan karena sudah memenuhi standar semua pengukuran, termasuk terkait indeks moderasi beragama. Tapi, nantinya ada penilaian lagi untuk menjadi anggota aktif TNI.
"Namun demikian penilaian terhadap calon perwira, belum menjadi anggota aktif TNI. Penilaian terhadap calon pada tahap pendidikan 4 tahun. Maka selama 4 tahun pula penilaian berlaku dan tidak semuanya berhasil," kata Andika.
Atas keriuhan ini pun, TNI AD pun menyampaikan permintaan maaf. Andika menegaskan TNI tak bermaksud membuat kegaduhan.
"Terus terang Angkatan Darat meminta maaf atas keriuhan yang terjadi tapi kami memang bener-bener tidak bermaksud misalnya dengan sengaja untuk berada dalam pusat kontroversi," kata Andika.
Dia juga berjanji melakukan perbaikan dengan cara yang lebih terbuka.
"Bahwasanya kami akan memperbaiki, pasti. Jangankan berikutnya, sekarang saja kami sudah membuka diri, artinya kami nggak ngotot. Saya sudah ukur mereka dengan parameter yang kita punya dan oleh karenanya saya sudah yakin, nggak juga. Makanya kami gunakan metode pengukuran yang berbeda dan ternyata confirm," ucapnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini