"Beliau sudah mengakui bahwa belum habislah (karir politik), tapi dia mengakui bahwa dia sudah cacat, dia ngakui sendiri. Makanya bagi para elite partai dan sebagainya nggak usah gelisah, nggak usah takutlah," ujar Djarot di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ngomong-ngomong sama saya beliau masih belum tertarik untuk masuk di dalam jabatan politik, jabatan publik. Beliau masih belum berminat untuk masuk sana. Beliau lebih mengembangkan aplikasi apa, Jangkau, apa kek, bagaimana bantu orang," kata Djarot.
Saat ditanya soal isu Ahok masuk bursa Wali Kota Surabaya, Djarot mengatakan belum sempat berbicara dengan Ahok. Dia berencana bertanya sendiri apabila bertemu dengan mantan pasangannya di DKI Jakarta itu.
"Oh tanya Pak Ahok ya. Kalau aku ketemu tak tanyain. Ntar tak takon (tanya), gelem (minat) nggak?" kata Djarot.
Baca juga: Ahok, Penista, dan Kita |
Diketahui, Ahok akan meluncurkan aplikasi 'Jangkau'. Eks Gubernur DKI Jakarta itu membuat aplikasi karena ingin tetap membantu orang miskin di saat sudah tak lagi menjadi pejabat.
"Ide timbul dalam masa tahanan, masih menerima banyak surat permintaan bantuan ke saya. Sedangkan saya sudah tidak menjadi pejabat lagi. Uang pribadi tidak mungkin membantu banyak orang miskin dan membutuhkan," kata Ahok kepada detikcom, Sabtu (3/8).
Aplikasi Jangkau bisa saja akan menerima sumbangan berupa uang. Tapi saat ini aplikasi Jangkau masih melayani sumbangan seperti kursi roda, tongkat, dan kacamata baca.
Sementara itu, terkait cacat politik, Ahok menyatakan dirinya tidak mungkin masuk kabinet. "Tidak mungkin jadi menterilah, karena kan kasarnya saya ini sudah 'cacat' di republik ini, sudah tidak dikehendaki, karena bagi orang banyak saya dianggap sudah menista agama. Bagi yang menengah, saya dianggap nikah lagi, he-he-he...," kata Ahok, Senin (22/7) lalu.
Tonton Video Ahok: Tidak Mungkin Jadi Menteri, Saya Sudah Cacat:
(lir/idn)