"Dia cerita, ada via WhatsApp kadang. Karena kami kadang, Aurel lebih dulu sampai rumah, baru kami sampai rumah, dia kadang cerita juga lewat WhatsApp atau ada kesempatan malam dia bilang 'setelah mama sampai rumah, bangunkan kakak, biar kita ngobrol'. Itu dia cerita. Tapi tepatnya dia bukan mengadu atau berkeluh kesah bahwa kakak tidak mampu, bukan," kata Wahyuniarti di Rumah Duka, Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8/2019).
Wahyuniarti juga mengungkap percakapan dengan Aurellia. Dalam percakapan itu, Aurellia bercerita melakukan push up dengan tangan kepal sehingga mengakibatkan lebam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ia mengaku pernah melihat tangannya lebam dan dicubit hingga lebam. Tapi Aurellia meminta sang ibunda tidak berbicara dengan para seniornya.
"Tapi dia tidak bilang, 'kakak takut', nggak. Malah dia bilang 'itu biasa, Ma. Itu biasa'. Jadi memang dia bilang 'Ma, jangan ngomong ke senior'. Saya bilang, 'Nggak, Mama mau ketemu senior Kakak, ngobrol sebagi seorang purna paskibraka juga, bukan sebagai seorang ibu salah satu anak didik paskibraka'. Tapi dia bilang jangan," cerita Wahyuniarti.
Sebelum Aurellia meninggal dunia, sambung Sri, dia dalam kondisi sehat dan fit pada 31 Juli 2019. Bahkan ia tidak mengeluh sakit saat berangkat menuju pelatihan paskibraka. DIketahui, Aurellia telah meninggal dunia pada Kamis (1/8).
"31 Juli dalam kondisi fit. Tidak kelihatan lemah dan dia sehat seperti biasa. Dia berangkat tanpa keluhan, yang dia sampaikan ke kami dua minggu terakhir hanya kangen. Bagi kami sebelumnya dia biasa bilang kangen. Tapi dua minggu terakhir hampir selalu bilang kangen," jelas dia.
Saat berada di rumah, Wahyuniarti menyebut badan anaknya demam. Tapi orang tua masih berfikir positif saat anaknya demam.
"Waktu kita masuk kamar kita baru sadar badannya panas. Demam. Tapi tidak kami bangunkan karena kami anggap, kami masih berpositif thinking, itu proses metabolisme tubuh karena dia melakukan kegiatan fisik yang lebih dari biasanya. Seperti itu," ucapnya.
Setelah Aurellia bangun dan keluar kamar, cerita sang ibu mengisi buku harian yang sebelumnya dirobek oleh seniornya. Ketika itu, kakak Wahyuniarti melihat Aurellia terjatuh di dapur.
"Dia keluar dari kamar dia menuju dapur, kakak saya yang melihat dia menuju dapur. Di dapur itulah dia jatuh. Tidak membentur apapun. Kami terbangun karena bunyinya sangat-sangat keras. Tidak lebih dari lima menit kami berusaha membangunkan dia, langsung kami bawa dia ke rumah sakit. Saat di dapur dia jatuh dia sudah tidak bereaksi," jelasnya.
Saat berada di rumah sakit, Wahyuniarti mengatakan dokter menjelaskan fungsi otak Aurellia sudah berhenti meski sudah diperiksa pakai alat bantu nafas.
"Sampai rumah sakit sudah pakai alat bantu nafas. Tidak bereaksi. Dokter di UGD bilang fungsi otaknya sudah terhenti. Ikhlaskan. Kami masih bilang ke dokter, maksimalkan. Dibantu dengan alat pacu jantung, Aurel tidak bereaksi sama sekali. Aurel sudah tidak ada. 1 Agustus 2019," katanya.
(fai/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini