"Saya bilang (rektor asing) 2016, saya bicara ini sudah tahun 2016. Tapi karena mereka mem-bully saya habis-habisan, saya setop dulu. Ini perlu challenge kembali. Saya lebih keras lagi," ucap Nasir kepada wartawan di kantornya, Jalan Sudirman, Senayan, Jakarta, Jumat (2/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kita bicarakan (kepada yang kontra), pro-konta hal biasa. Yang penting, kontra jangan terlalu membenci. Itu saja. Kalau kontra, ajak bicara, berilah kesempatan pemerintah untuk mengerjakan ini. Jangan sampai kontra benci semua, tutup, itu tidak kooperatif," ucap Nasir.
Nasir optimistis wacana rektor dan dosen asing bisa terlaksana pada 2020. Dia berambisi ada perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 200 terbaik dunia.
"Insyaallah, saya yakin, ini jalan keluar terbaik untuk negara, untuk tingkatkan kualitas negara. Saya cuma ingin Indonesia ada perguruan tinggi 200 dunia," kata Nasir.
Soal wacana rektor asing, Nasir bukan tidak percaya pada kualitas sumber manusia di Indonesia. Tapi harus ada stimulus untuk merangsang.
"Bisa rektor asing, bisa penganggaran. Jadi tidak berarti orang Indonesia tidak ada. Ada tapi harus dikompetisi," ucap Nasir.
Soal Impor Rektor Asing, Moeldoko: Agar Indonesia Berkompetisi:
(aik/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini