"Membersihkan jerat dengan smart patrol 15 hari per bulan sepanjang tahun. Kedua, bekerja sama dengan masyarakat dan mitra mitra banyak sekali yang bantu pendanaan," kata Dirjen KSDAE, Wiratno kepada wartawan di gedung KLHK, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2019).
Wiratno mengungkapkan sistem smart patrol ini merupakan cara paling efektif membersihkan jerat. Tim gabungan masyarakat yang berisi 7 orang ini berpatroli di hutan selama 15 hari setiap bulan dalam waktu 1 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ketua Forum Harimaukita, Munawa Kholis menjelaskan alasan jerat banyak digunakan oleh para pemburu. Menurutnya selain murah, jerat juga mudah didapatkan dari barang-barang bekas.
"Karena paling murah, paling mudah didapat, sebagian sling itu didapat dari alat alat sepeda motor bekas, memang itu sangat murah, kemudian sampah yang diubah menjadi jerat dan untung-untungan saat mereka dapat akan mereka jual untuk keuntungan, dan itu sangat berat dampaknya, dan mereka bisa sebar puluhan hingga ratusan sekali jalan," ucap Munawar.
Selain menerjunkan tim smart patrol, Dirjen Gakkum KLHK, Rasio Ridho juga mengungkap ada kerja sama dengan otoritas luar negeri. Interpol, sebutnya, juga dilibatkan untuk memberantas perburuan satwa liar.
"Penanganan kasus ini kami libatkan banyak pihak karena kita paham kejahatan berkaitan satwa dilindungi juga kejahatan trans nasional, kami kerja sama dengan kepolisian negara lain, terutama kepolisian negara Belanda, otoritas di Malaysia, Thailand, dan Inggris serta juga Interpol untuk gimana kita tangani kasus lebih efektif," ujar Ridho. (maa/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini