Oposisi atau Gabung Jokowi? Gerindra: Susah Kalau Jawab Sekarang

Oposisi atau Gabung Jokowi? Gerindra: Susah Kalau Jawab Sekarang

Matius Alfons - detikNews
Kamis, 25 Jul 2019 19:28 WIB
Ketua DPP Gerindra Riza Patria dan Politisi Golkar Dedi Mulyadi. (Foto: Matius Alfons/detikcom)
Jakarta - Gerindra masih belum menentukan arah politik partai pascapilpres 2019. Gerindra mengaku masih 50:50 untuk menentukan gabung ke koalisi Jokowi atau oposisi.

"2 kali oposisi, pertanyaannya ke-3 mau di dalam apa di luar (pemerintah), bagi Gerindra itu nggak penting di dalam atau di luar, karena yang penting sejauh mana kita bisa kontribusi positif bagi bangsa dan negara," kata Ketua DPP Gerindra Riza Patria kepada dalam diskusi di Media Center KNPI, Jakarta Pusat, Kamis (25/7/2019).

Pernyataan Riza ini disampaikan dalam diskusi bertemakan 'Koalisi dan Alokasi Kabinet'. Diskusi ini juga dihadiri oleh Politikus Golkar Dedi Mulyadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Riza menyebut saat ini Gerindra belum memutuskan akan condong ke pemerintahan atau di luar pemerintahan. Menurut dia, Gerindra sanggup apabila menjadi oposisi atau membantu Jokowi di pemerintahan. Riza mengatakan partainya belum bisa mengambil keputusan final saat ini.

"Jadi yang bijak itu ya tadi 50:50 lah, posisi di tengah, susah kita jawabnya sekarang, kita bilang oposisi nggak tahunya gabung, atau kita keras-keras gabung nggak tahunya oposisi. Kalau ditanya di dalam apa di luar, pada saatnya kita putuskan terbaik, kita tahan di luar dan siap di dalam, gitu aja. Di luar (dibilang) sombong, di dalam salah juga. Saya ngerti arahnya. Yang bijak 50:50 lah," ungkapnya.

Gerindra, kata Riza juga menunggu sikap Jokowi apakah partainya dibutuhkan untuk bergabung ke pemerintahan. Apabila memang dibutuhkan, Gerindra menunggu sikap dari pemerintah.

"Pertama Pak Jokowi kenapa masih mau ketemu Pak Prabowo, tentu presiden terpilih butuh legitimasi, beda kemarin 55:45, pertanyaan legitimasi sampai mana, apakah ketemu cukup selesai? Apa diucap selamat sudah? Menerima MK sudah? Makan nasgor juga sudah?," ucapnya.



"Maksud saya Pak Jokowi mau sampai mana, rekonsiliasi kan macam-macam, apa perlu melegitimasi tadi, atau masih merasa kurang sehingga perlu (Gerindra) ke dalam, itu pertanyaannya, yang ditanya bukan Gerindra, tanya Pak Jokowi. Cukup apa kurang? Kalau kurang dan perlu sampai di dalam, maka kami tunggu," sambungnya.

Sementara itu, Politisi Golkar Dedi Mulyadi justru menekankan posisi sebagai oposisi bukan sebagai musuh. Menurutnya oposisi justru berimplikasi pada pekerjaan yang baik

"Oposisi bukan berarti tidak ketemu, bukan berarti tidak bersalaman, sejak dulu, walau beda ideologi dan parlemen berkelahi pulangnya kan makan di warung sama-sama, untuk itu tradisi silaturahmi yang dibuat jangan hilang, stigma hilangnya oposisi karena kekuatan terlalu mayoritas itu akan membuat implikasi negatif dalam bekerja," ujarnya.


Simak Juga 'Maaf, Gerindra Tak Mau Ganggu Keharmonisan Koalisi Jokowi':

[Gambas:Video 20detik]


(maa/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads