"Rullie ini penjual nasi kuning. Hari-hari kita di sini ketemu, karena dia sering sembahyang di sini," kata Munadi, yang bertetangga dengan Rullie, kepada detikcom di Kabupaten Gowa, Sulsel, Rabu (24/7/2019).
Munadi mengatakan pertemuan pertamanya dengan Rullie sekitar 2015. Sebelum berjualan nasi kuning, dia sempat bekerja sebagai sales penjualan mobil di Makassar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama berkenalan dengan Rullie, beberapa kali Munadi melihat bapak tiga anak ini yang sering melakukan pengajian bersama rekan-rekannya.
"Kadang-kadang juga itu ada teman temannya pengajian dari Jalan Petteran, Makassar. Dia juga biasa pergi Malino untuk pengajian," terangnya.
"Pertama kali mengenal ya biasa-biasa saja, tidak ada kecurigaan. Orangnya pun sering bergaul, kalau kita bercanda ya tertawa juga. Orangnya biasa biasa juga kalau kita sapa. Kita biasa sering cerita masalah jualan," Imbuhnya.
Dia pun tidak menyangka bahwa Rullie bersama istrinya menjadi pelaku bom bunuh diri di Filipina pada Januari 2019.
Sebelumnya, pasangan bomber ini meninggalkan Tanah Air sejak Desember 2018. Dengan dibantu terduga teroris asal Makassar, Andi Baso, pasutri ini masuk ke Filipina secara ilegal.
"Mereka masuk bulan Desember 2018, dibawa oleh Andi Baso," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (24/7/2019).
Dedi menerangkan, Andi Baso tercatat dalam daftar pencarian orang (DPO) dan diyakini berada di Filipina Selatan saat ini. Andi Baso diduga terlibat dalam serangan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, pada November 2016.
"(Serangan bom) bersama terduga teroris Juanda dan kawan-kawan," ucap Dedi. (fiq/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini