"Sementara sudah diketahui titik koordinatnya. Sudah dikepung oleh tim gabungan TNI-Polri. Seluruh jalur klasik baik melalui sungai, jalur langsung ke masyarakat sudah dikepung," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Gedung Pakarti, Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).
Dedi mengatakan kelompok Ali Kalora pasti tertangkap jika turun dari hutan persembunyiannya. Jika tidak turun, Ali Kalora cs bisa tewas di hutan karena persediaan logistik mereka habis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minggu kemarin, masa Operasi Tinombala telah diperpanjang 3 bulan. Dengan masa perpanjangan ini, Polri yakin kekuatan logistik kelompok Ali Kalora tidak akan bertahan lebih dari 3 bulan.
"Kita lihat tidak mungkin logistiknya bertahan sampai 3 bulan. Dari situ kita bisa memastikan TNI-Polri mampu bisa mempertahankan operasi sampai 3 bulan ke depan," kata Dedi.
Dedi menyebutkan anggota kelompok Ali Kalora semakin sedikit. Kekuatan senjata mereka pun hanya tinggal 2 pucuk.
"Mereka jumlah sudah kecil, tinggal sedikit. Kekuatan senjata cuma tinggal 2 pucuk senjata. Artinya kalau mereka berpencar mencari logistik," ucapnya.
"Laras pendek dan rakitan," tutur Dedi.
![]() |
Baku tembak terakhir antara Satgas Tinombala dan Ali Kalora cs terjadi di Pegunungan Salumarate, Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong (Parimo), pada Kamis (21/3). Tiga anggota Ali Kalora yang tewas adalah Andi Muhammad alias Abdullah alias Abdul Rahman (22), Al Haji Kaliki alias Ibrohim (26), dan Alqindi alias Muaz (26). Alqindi alias Muaz merupakan keponakan terpidana kasus bom Bali, Imam Samudra.
"Alqindi alias Muaz, hasil penelusuran dan investigasi tim ke Banten bahwa yang bersangkutan adalah keponakan Imam Samudera, pelaku terorisme yang dijatuhi hukuman mati dan telah dieksekusi," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo dalam keterangannya, Jumat (5/4).
Warga juga merasakan teror kelompok Ali Kalora. Pada Juni lalu, warga bernama Tamar (50) bersama anaknya, Patte (27), tewas digorok oleh komplotan teroris Ali Kalora di pegunungan Tokasa, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng.
"Tidak menutup kemungkinan (pelaku pembunuhan) Ali Kalora cs," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (26/6/2019).
Warga mengaku ketakutan atas kejadian tersebut. Warga menyebut korban pembunuhan itu sempat bertemu kelompok Ali Kalora,
"Sebelum tertembaknya Daeng Koro pada 2015, korban pernah ketemu di perkebunan cokelat miliknya, dan pada 2017 kemarin korban kembali ketemu kelompok Ali Kalora dan dikejar, namun korban berhasil menyelamatkan diri," kata sepupu korban Hi Ahmad pada Rabu (26/6/2019) di Dusun Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong.
Pengejaran korban pada 2017 oleh kelompok Ali Kalora cs di perkebunan warga Dusun Tokasa, Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue berdampak buruk bagi warga yang kesehariannya bekerja sebagai pekebun.
"Kami jadi takut berkebun dan kebun akan menjadi hutan dan mungkin warga akan meninggalkan kampung karena sudah tidak bisa lagi kembali bekerja," ungkap Hi Ahmad
Halaman 2 dari 2
Simak Video "Video: Heboh Pernikahan Anak di Lombok Berujung Ortu Pengantin Dipolisikan"
[Gambas:Video 20detik]
(idh/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini