"Sepakat, ini sesuai arahan Jokowi sebelumnya bahwa logika pembagian menteri untuk parpol-parpol menggunakan logika proporsional," kata Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan PDIP Eva Kusuma Sundari kepada wartawan, Jumat (12/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sih lebih mengusulkan pertimbangan gender, karena dalam RPJMN maupun RPK pendekatan pembangunan (nawacita) mengintegrasikan keadilan gender (sesuai usulan Pak JK yaitu gender wilayah dan etnis) dan pemberdayaan perempuan," ujarnya.
Menurut Eva, Jokowi sebaiknya mengimplementasikan pendekatan keadilan gender dalam kabinetnya. Dengan begitu, Eva menilai pertumbuhan yang berkualitas bisa dicapai.
"Yang terakhir ini yang berdampak langsung pada SDGs dan sustainability. Jadi bagusnya Pak Jokowi mengimplementasikan secara konsisten pendekatan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, akuntabilitas, keberlanjutan, dengan mengangkat kabinet yang berimbang antara pria dan perempuan. Termasuk membuatnya berseling, jika menterinya laki, maka wakilnya perempuan, dan sebaliknya," jelas Eva.
"Ini yang dipraktikkan di Swedia, Chile, Kanada, dan lain-lain, sehingga pertumbuhan secara berkualitas dan berkelanjutan bisa dicapai," imbuhnya.
Sebelumnya, JK menyarankan Presiden Jokowi mempertimbangkan harmonisasi wilayah, suku, agama, dan politik dalam menyusun kabinet nantinya. JK juga menyarankan parpol yang kursinya sedikit tidak mendapat jatah lebih banyak.
"Jadi tidak saja asal partai, ndak. Harus ada harmonisasi, baik dari harmonisasi antarwilayah dan suku, agama, politik. Harmonsiasi dalam tingkat kemampuan, profesionalisme. Itulah baru bisa terjadi suatu yang dapat didukung semua pihak, didukung oleh seluruh rakyat," kata JK saat mengisi kuliah umum kepada peserta diklat Lemhannas di Istana Wakil Presiden, Kamis (11/7).
(azr/knv)