Komisi X DPR: Ada Jual-Beli KK demi Masuk Sekolah Favorit

Komisi X DPR: Ada Jual-Beli KK demi Masuk Sekolah Favorit

Ahmad Bil Wahid - detikNews
Senin, 01 Jul 2019 15:48 WIB
Diskusi membahas PPDB sistem zonasi di Kominfo. (Ahmad Bil Wahid/detikcom)
Jakarta - Komisi X DPR RI menyebutkan terjadi penyelewengan di dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem zonasi. Salah satunya terjadi jual-beli kartu keluarga (KK) palsu yang diduga melibatkan oknum sekolah dan calon murid.

"Setiap kebijakan ideal apa pun, selalu ada proses menyeleweng, dulu SKTM (surat keterangan tidak mampu) diselewengkan, sekarang dengan zonasi jarak, setengah murid SMP tertentu tiba-tiba mereka punya KK baru, di dekat sekolah SMA tertentu," kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaiufuddin dalam diskusi di gedung Kominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2019).


Komisi X DPR akan berkoordinasi dengan Ditjen Dukcapil untuk menelusuri penyelewengan ini. Tindakan curang ini, menurutnya, pasti merugikan murid lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan dukcapil harus juga kita koordinasikan, bagaimana hal ini bisa terjadi, kalau kita evaluasi lagi, pasti orang tua kalau dilakukan dengan fair pasti mereka terima. Yang mereka tidak terima banyak penyimpangan yang terjadi yang merugikan orang tua dan murid yang jujur," ujarnya.


Politikus Golkar ini ingin ada sanksi tegas bagi pelaku kecurangan. Dia mengatakan jual-beli KK yang dipakai untuk masuk ke sekolah itu nilainya mencapai puluhan juta rupiah.

"Ini bagaimana, apa sanksi yang kita berikan, harus tegas kalau terbukti ada ASN, kepala daerah, atau dinas-dinas dan sekolah yang terlibat, bahkan ada unsur keamanan yang terlibat dalam jual-beli KK yang nilainya bisa puluhan juta rupiah, bisa sehari jadi KK hanya untuk mendapatkan sekolah yang favorit," ucapnya.


Hetifah juga menyinggung soal peran kepala dinas dan kepala daerah dalam PPDB dengan zonasi. Di beberapa daerah, menurut dia, ada kepala daerah yang hanya menampung sebagian protes masyarakat.

"Di beberapa daerah kami melihat penyimpangan yang sedikit banyak ada kepala dinas atau kepala daerah untuk mengakomodir aspirasi protes-protes yang muncul, yang bisa jadi protes ini mencerminkan sebagian aspirasi, tidak semua aspirasi," pungkasnya.


(abw/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads