Sejak peristiwa kebakaran pada Jumat (21/6) lalu, Putri masih berharap sang ibu selamat. Tapi, Putri terpaksa harus. menerima kenyataan bahwa sang ibu sudah tiada.
Sesaat setelah keluar dari ruangan Instalasi Radiodiagnostik RS Bhayangkara Medan, Putri menangis histeris. Jilbab merah muda yang dikenakannya, dipakai untuk menutupi wajahnya yang telah basah karena air mata saat melewati kerumunan para keluarga korban yang hingga Minggu (23/6) belum juga dipertemukan dengan korban kebakaran.
Ayah Putri, Sarimin (38) yang melihat anak pertama dari kedua anaknya itu menangis, langsung mencoba menenangkannya.
"Kakak kan udah besar, enggak boleh nangis-nangis. Kalau kakak nangis nanti mamak pun ikut nangis," ucapnya sembari membelai lembut kepala Putri.
Tangis Putri tak kunjung berhenti mengetahui ibunya yang bernama Sri Wahyuni (28) tak lagi dapat hidup bersama dirinya.
"Tadi waktu di dalam ruangan saya liat foto janazah ibu (Sri Wahyuni), tiba-tiba si Putri liat juga dari belakang saya dan langsung menangis," kata Sarimin.
Meski tubuh Sri Wahyuni telah hangus terbakar, namun buah hati hasil cintanya dengan Sarimin, tetap mengenali sosok ibunya. "Dia langsung tau kalau itu ibunya, makanya dia nangis," ujarnya
(fdu/fdu)