Soetomo: Nakal kala Remaja, Pahlawan Kebangkitan Nasional saat Dewasa

Soetomo: Nakal kala Remaja, Pahlawan Kebangkitan Nasional saat Dewasa

Danu Damarjati - detikNews
Senin, 20 Mei 2019 16:03 WIB
Diorama HF Roll, dosen STOVIA, membahas apakah Soetomo dilkeluarkan dari sekolah atau tidak. (Bagus Prihantoro Nugroho/detikcom)
Jakarta - Berdirinya Budi Utomo (Boedi Oetomo) pada 20 Mei 1908 diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Di balik organisasi pemuda yang penting bagi sejarah Indonesia itu, ada anak bengal yang menjadi tokoh sentral.

Anak itu lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur 30 Juli 1888 dengan nama Subroto. Ayahnya adalah Raden Suwaji yang merupakan pegawai pangreh Hindia Belanda. Untuk ukuran saat itu, keluarganya tergolong maju, modern, dan berkecukupan. Subroto tumbuh menjadi anak yang disegani karena merupakan cucu tokoh masyarakat bernama Raden Ngabei Singawijaya atau KH Abdurakhman.

"Hal inilah yang sangat berpengaruh pada perilaku dan sifat Sutomo sehingga dia manja, nakal, sewenang-wenang kepada kawannya, dan berkelakuan bak raja kecil. Mungkin wajar, mengingat sejak bayi hingga usia enam tahun Sutomo dirawat kakek dan neneknya," tulis Nasruddin Anshoriy dalam buku 'Rekam Jejak Dokter Pejuang dan Pelopor Kebangkitan Nasional', terbitan LKiS, tahun 2008.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Subroto tumbuh menjadi remaja yang suka bikin onar dan pencari gara-gara yang ditakuti. Dia juga tidak disukai banyak orang. Hobinya adalah berkelahi. Untuk lebih mudah masuk ke sekolah Belanda, nama Subroto diubah menjadi 'Soetomo'. Kelak, nama itulah yang dikenal oleh seantero Indonesia sebagai Dokter Soetomo, Pahlawan Pergerakan Nasional.



Saat duduk di Sekolah Rendah Belanda di Bangil, Pasuruan, hobi berkelahi tetap dipertahankan Soetomo. Kali ini, yang menjadi lawannya bukan anak-anak pribumi melainkan anak-anak 'keju' dari Belanda. Soetomo menilai anak-anak Belanda itu sombong dan semena-mena.

Tamat Sekolah Rendah, Soetomo dihadapkan pada dua jalan. Sang Ayah ingin dia menjadi dokter, sedangkan Sang Kakek ingin dia menjadi pangreh praja. Sang ayah sendiri adalah pangreh praja yang sering disuruh-suruh Belanda, yang menurut Soetomo sombong dan semena-mena itu. Soetomo emoh menjadi seperti ayahnya, maka dia memilih menjadi dokter saja dengan masuk ke sekolah pendidikan dokter Hindia atau STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen).

"Di sekolah kedokteran ini, Sutomo mencatatkan dirinya sebagai siswa paling nakal, sangat berani, malas belajar, suka menyontek, dan hobi mencari masalah," tulis Nasruddin.

Soetomo: Nakal kala Remaja, Pahlawan Kebangkitan Nasional saat DewasaFoto: dr Soetomo (Dok Pahlawan Center/Kementerian Sosial)

Soetomo adalah anak Jawa yang sering menraktir teman-temannya, uangnya berasal dari hasil menipu orang tuanya sendiri. Catatan akademisnya di STOVIA disebut serampangan dan tidak beres. Dosennya, Dr HF Roll berujar bahwa anak desa yang satu ini adalah yang paling radikal dari yang pernah ada di STOVIA.



Di balik sifat urakan Soetomo, dia adalah anak cerdas. Meski tak pernah serius dalam belajar, dia dikenal sebagai siswa yang pandai dalam Aljabar tanpa tandingan. Usai ayahnya wafat, Soetomo berubah drastis. Dia menjadi pria yang pendiam, hanya berkonsentrasi belajar, tak lagi menyontek, dan tak ada lagi kenakalan.

Tahun 1908, dia dan rekan-rekannya membentuk Budi Utomo, tonggak pergerakan politik melawan Hindia Belanda. Aktivisme di bidang politik sempat terhenti oleh kesibukannya sebagai dokter. Dia harus keliling ke banyak kota, bahkan sampai Sumatera. Namun aktivitasnya ini membuat mata anak priyayi ini terbuka, bahwa banyak orang menderita di Hindia Belanda.

Dalam 'Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta' karya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Depdikbud, dijelaskan Budi Utomo didirikan oleh para pelajar STOVIA yakni Soetomo, M Suradji, Muhammad Saleh, M Suwarno, M Gunawan, RM Gumbreg, Suwarno, dan R Angka. Soetomo menjadi ketuanya. Yang terjadi di Batavia segera disambut Yogyakarta. Dr Wahidin Sudirohusodo menjadi Ketua Budi Utomo cabang Yogyakarta. Budi Utomo dari Yogyakarta ini sempat khawatir dengan Budi Utomo di Batavia karena berisi anak-anak muda yang berpotensi bertindak di luar aturan.

"...menjadi kita menaruh khawatir kalau-kalau mereka itu terlalu berani menempuh jalan yang gawat (banyak bahayanya). Agustus 1908 didirikan afdeling Yogya dengan maksud sedapat-dapatnya menolong ikhtiar supaya maksud orang-orang muda itu boleh menjadi selamat yaitu dengan menumpulkan maksud Presiden kita (Dr Wahidin Ketua Budi Utomo Yogyakarta)," demikian bunyi laporan Budi Utomo Cabang Yogyakarta yang memuat nada khawatir akan kiprah Soetomo dkk di Batavia.



Budi Utomo sempat berkembang pesat. Pada akhir 1909, organisasi ini punya 40 cabang dengan anggota kurang lebih 10 ribu orang. Namun Budi Utomo menjadi melemah. Aktivitasnya kian terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa dan pembuatan petisi menuntut pemerintah Hindia Belanda meningkatkan mutu sekolah menengah pertama. Kehadiran Sarekat Islam dan Indische Party pada 1912 menyedot massa dari Budi Utomo.

Soetomo: Nakal kala Remaja, Pahlawan Kebangkitan Nasional saat Dewasadr Soetomo dan Everdina Broering (uncommonlygenius)

Aktivitas pergerakan Soetomo juga sempat diganggu cibiran pihak yang tak setuju dia menikahi suster Belanda bernama Everdina Broering. Soal cinta mati Soetomo ke suster Belanda ini, Peter Kasenda menjelaskannya dalam buku 'Dokter Soetomo' terbitan Museum Kebangkitan Nasional.

Langkah kontroversialnya sempat disorot publik tahun 1923. Dia keluar dari keanggotaan Dewan Kota Surabaya karena merasa Dewan Kota tak berguna bagi kesejahteraan rakyat.


(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads