Dijelaskan oleh Polri, sebanyak 18 teroris di antaranya ditangkap di Jakarta, Bekasi, Karawang, Tegal, Nganjuk, dan Bitung. Dari 18 terduga teroris yang ditangkap itu, polisi menyita 5 bom rakitan, 4 pisau lempar, dan 2 busur panah. Iqbal menyebut kelompok ini menolak sistem demokrasi karena tidak sesuai dengan paham mereka.
Sisa 11 teroris lainnya ditangkap di sejumlah lokasi di Pulau Jawa. Sebanyak 9 dari 11 orang tersebut masih aktif sebagai anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Dari total 29 teroris, salah seorang yang ditangkap diduga terafiliasi dengan jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Teroris berinisial E alias AR ditangkap di Cibinong, Kabupaten Bogor.
Dari penangkapan, tim Densus 88 Antiteror menggeledah rumah tersangka dan ditemukan sejumlah barang bukti seperti panci, paku, buku pembuatan bom, hingga doktrin jihadis. Selain itu, ditemukan juga senjata api, rangkaian detonator, sejumlah senjata tajam dan buku-buku cara merakit bom. Barang bukti tersebut dibawa oleh tim Densus untuk penyelidikan lebih lanjut.
Menyusul tertangkapnya 29 teroris yang di antaranya akan melancarkan serangan pada 22 Mei yang juga bertepatan dengan penetapan pemenangan Pilpres 2019, Polri meminta masyarakat tidak melakukan aksi turun ke jalan pada hari tersebut untuk mengantisipasi tindakan teror.
"Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," kata Iqbal.
Iqbal mengatakan, jika ada serangan teroris di hari tersebut bukan tak mungkin akan jatuh banyak korban. Polisi juga tak memungkiri masih ada potensi serangan meski sudah ada yang ditangkap.