"Banjir yang melanda hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu tidak bisa hanya ditimpakan pada hujan yang mengguyur daerah ini pada 26 April 2019 sejak siang hingga malam hari, tapi ada akar masalah yang harus diungkap, yaitu tambang batu bara di hulu Sungai Bengkulu," kata Direktur LSM Kanopi Bengkulu Ali Akbar, yang dikutip Antara, Minggu (28/4/2019).
Ali menyebutkan bahwa kawasan daerah aliran Sungai (DAS) Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dikaveling untuk pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Tercatat ada 8 perusahaan tambang batu bara di hulu sungai dan 1 perusahaan perkebunan sawit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajer Kampanye Industri Ekstraktif Walhi Bengkulu, Dede Frastien, menambahkan, banjir parah yang melanda Bengkulu menjadi bukti kerusakan hulu sungai akibat aktivitas pertambangan batu bara.
"Bencana hari ini seharusnya menguatkan gugatan Walhi terhadap PT Kusuma Raya Utama, tambang yang mengeruk isi perut bumi di hulu Sungai Bengkulu," katanya.
Ali menambahkan, selain mencabut izin pertambangan batu bara dan perkebunan sawit di hulu sungai, bencana ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah untuk membangun sesuai kaidah lingkungan dan menaati tata ruang.
Data sementara, 10 orang warga meninggal dunia, terdiri atas 2 orang dari Kota Bengkulu, 6 orang di Kabupaten Bengkulu Tengah, dan 2 orang di Kabupaten Kepahiang. Sedangkan 8 orang masih hilang berdasarkan data Minggu (28/4) pukul 12.00 WIB.
Sejumlah daerah yang terkena dampak banjir ialah Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepahiang, dan Kabupaten Rejang Lebong.
Simak Juga "Dahsyatnya Banjir Bengkulu Dipantau dari Udara":
(rvk/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini