"Ini bukan soal penguasaan masalah, tapi stabilitas emosi yang, menurut saya, akhirnya menjadi kendala buat Prabowo mengembangkan idenya. Kalau kita lihat kan kesulitan dia membangun narasi ketika dia secara emosional masuk ke pembicaraan meniru Tiongkok tapi sebenarnya setelah itu dia menyadari sebuah kesalahan karena kita tahu agak sensitif bahasa itu secara elektoral yang sering dikritik Aseng dan segala macam," ucap Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya saat dihubungi, Sabtu (13/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian seperti terlihat bingung ingin bicara apa lagi dan kemudian masuk ke blunder berikutnya ketika bicara kesalahan presiden-presiden sebelumnya dan Sandiaga nggak bisa nambahkan juga," ucapnya.
Yunarto menilai Prabowo terlalu berhenti pada narasi yang sama, yakni membuktikan arah negara salah, namun disebutnya tak pakai data. Dia juga menyoroti Ma'ruf yang langsung berbicara dan dianggap sebagai nilai tambah bagi keunggulan 01.
"Sesi dua ya kemenangannya didapat Jokowi sebenarnya karena faktor mental lebih stabil," ujarnya.
Simak Juga Elektabilitas Jokowi vs Prabowo di Hari Terakhir Kampanye:
(haf/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini