TKN Jawab Poyuono soal Bowo Sidik: Jangan Dikaitkan Capres karena Cap Jempol

TKN Jawab Poyuono soal Bowo Sidik: Jangan Dikaitkan Capres karena Cap Jempol

Nur Azizah Rizki Astuti - detikNews
Kamis, 11 Apr 2019 18:29 WIB
Eva Kusuma Sundari (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menanggapi sindiran Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuno yang menyebut dirinya difitnah karena sempat melempar isu menteri di perkara suap Bowo Sidik Pangarso. TKN mengaku repot jika semua hal dikaitkan dengan pihaknya.

"Ini repot nih, semua dikaitkan sama TKN. Padahal kan bukan policy TKN untuk melakukan hal-hal yang di luar koridor hukum, tapi selalu dikait-kaitkan dengan TKN. Jadi saya sendiri nggak percaya ada policy yang sengaja seperti itu, apalagi untuk mendukung orang per orang," kata anggota TKN Eva Kusuma Sundari kepada wartawan, Kamis (11/4/2019).


Poyuono menduga amplop Bowo Sidik tak hanya untuk 'serangan fajar' pileg. Eva pun menegaskan TKN tak bermain dengan politik uang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan kalau mau untuk ke capres, sedikit banget urusan segitu. Sementara di riset-riset, kita elektabilitasnya tinggi. Ngapain main uang? Dan terus-menerus mendapat kemajuan-kemajuan, misalkan di wilayah Jabar dan Banten, kita sudah menang, yang dulunya kita kalah. Jadi tidak menemukan logika bagaimana kok itu dikaitkan dengan capres hanya karena jempol," tuturnya.

"Jadi dari situ sudah bisa dipatahkan, ini bukan proyek untuk pencapresan, tapi ini untuk kepentingan orang per orang, tapi kemudian dikait-kaitkan dengan capres. Tapi kemudian kalau menurut logika dasar sih, kita ngikutin bukti-bukti saja. TKN itu urusnya ya presiden, bukan orang per orang di luar presiden," imbuh Eva.



Anggota TKN Inas Nasrullah Zubir menjelaskan uang yang digunakan dalam serangan fajar Bowo Sidik hanya cukup untuk serangan fajar pileg. Menurut Inas, jumlah itu hanya efektif mendulang 25-30 persen suara atau 100-120 ribu suara.

"Waketum Gerindra kan seharusnya cerdas. Mana mungkin bisa menang pilpres kalau hanya mengejar suara 100-120 ribu (suara) saja. Atau jangan-jangan bagi Arief Poyuono angka 100-120 ribu suara sudah begitu sulit untuk didapat oleh Prabowo-Sandi?" tanya Inas.



Inas lalu menuding cawapres Sandiaga Uno juga menghabiskan uang untuk serangan fajar sebesar Rp 1,4 triliun. Bagi Inas, jumlah itu masih kurang karena Rp 500 miliar sudah digunakan untuk uang saku, uang transpor, dan uang makan untuk massa selama kampanye.

"Memang betul bahwa Arief Poyuono nggak hoax soal 400 amplop yang berulang kali dia sebut kepada media. Tapi kemudian dipolitisir oleh Arief Poyu sendiri yang justru menjadi sinyal bahwa Sandiaga Uno lebih siap untuk bermain money politics, karena masih banyak saham Sandiaga Uno yang akan dilego demi serangan fajar paslon 02," ungkap Inas.

Sebelumnya, Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono melempar isu bahwa amplop bercap jempol dalam kasus dugaan suap Bowo Sidik Pangarso diperintahkan menteri. Pengacara Bowo Sidik, Saut Edward Rajagukguk, mengatakan sumber uang Rp 8 miliar itu berasal dari salah satu menteri di Kabinet Kerja saat ini.

"La kan dari awal sudah saya katakan kalau Mas Bowo Pangarso itu hanyalah disuruh sama menteri," sebut Poyuono kepada wartawan, Kamis (11/4).

Poyuono menyebut dirinya difitnah karena sempat melempar isu menteri di kasus Bowo Sidik. Dia menduga amplop itu tak hanya untuk 'serangan fajar' pileg.

"Nah, siapa yang tukang hoax, saya apa TKN yang coba ngeles dalam kasus amplop putih cap jempol," katanya.

Lalu, dari mana Poyuono mendapat informasi soal isu kemungkinan ada menteri yang terlibat dalam kasus Bowo Sidik? "Dari malaikat Allah. Makanya TKN jangan suka memfitnah saya kalau saya ini nyebar isu," sebut dia. (azr/knv)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads