Pergeseran tanah di kampung ini sebetulnya terjadi sejak Februari lalu. Waktu itu, sudah ada 104 bangunan retak dan 2 rumah ambruk. Tapi kata Ketua RT setempat, Ubay (58) belakangan pergeseran tahan makin parah. Total 115 rumah retak ditambah 3 mushola. Selain itu, 4 bangunan ambruk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat saat ini katanya ketakutan menempati rumah. Warga minta Pemkab Lebak merelokasi mereka karena pergeseran tanah terus terjadi.
"Sekarang sudah empat hari nggak hujan, takutnya kalau hujan," ujarnya.
Warga lanjutnya sudah melakukan musyawarah. Pihak Pemkab juga sudah menjanjikan akan merelokasi. Tapi, lokasi yang dijanjikan belum jelas dan tidak ada kompensasi.
"Masyarakat desakannya nggak apa-apa direlokasi kalau nggak aman. Tapi harus ditempatkan di lokasi yang sama," paparnya.
Sejauh ini, memang belum ada korban jiwa terkait pergeseran tanah di Kampung Jampang. Tapi, ada 160 kepala keluarga yang saat ini khawatir tinggal di daerah rawan longsor itu.
"Ya kalau dihuni takut ketiban," pungkasnya.
Pada Februari lalu, penyelidik bumi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sudah datang ke kampung ini. Curah hujan tinggi memang bisa menyebabkan erosi dan pergeseran tahan. Warga waktu itu diimbau untuk mengungsi jika terjadi retakan baru.
Tonton juga video Sisa Amukan Banjir di SD Ajitunggal: Tembok Jebol, Buku Berserakan:
(bri/rvk)