"Publik pun tahu bahwa simbol jempol itu, bila dikaitkan dengan pilpres kita kali ini, arahnya ya ke capres 01. Banyak pendukung 01 kalau foto sekarang ini kan selalu pakai simbol jempol, ya. Sama dengan pendukung kami 02, sekarang ini kalau foto di mana-mana kan selalu pakai simbol 2 jari atau simbol 2 jari contreng akal sehat," kata juru bicara BPN, Jansen Sitindaon, kepada wartawan, Selasa (2/4/2019).
Jansen mengatakan simbol-simbol dalam pilpres kali ini tertanam di benak publik. Bahkan simbol itu bisa jadi perkara andai ada aparatur sipil negara (ASN) yang memperagakannya untuk kepentingan foto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas dasar alasan tersebut, Jansen mempertanyakan keterangan KPK soal cap jempol di amplop hanyalah untuk kepentingan pileg Bowo Sidik Pangarso. Untuk diketahui, Bowo Sidik merupakan politikus Partai Golkar yang maju via Dapil II Jawa Tengah
"Dengan adanya simbol jempol ini, jadi kurang sinkron malah pernyataan KPK jika diduga ini hanya menyangkut pileg semata. Apalagi seperti kita ketahui Bowo Sidik ini kan caleg nomor urut 2 ya, jadi tidak nyambung dengan simbol jempol yang ditemukan KPK. Harusnya, jika di amplop itu ada simbol, ya simbol 2 jarilah karena di pencalegan dia nomor urut 2," ucap Jansen.
"Jadi kecenderungannya sangat kuat sebenarnya mengarah ke serangan fajar pilpres juga ini. Karena pemilunya bareng ya sekalian pileg-pilpres mungkin itu pikirannya. Apalagi partai Bowo Sidik ini Golkar kan memang mendukung pasangan 01," kata dia.
Meski demikian, Jansen enggan menduga-duga lebih jauh. Dia berharap KPK bisa bekerja menelusuri lebih jauh perihal cap jempol di amplop perkara Bowo Sidik tersebut.
"Apakah di balik simbol jempol ada perintah dari pihak tertentu atau atas inisiatif pribadi dari Bowo Sidik sendiri, itu yang perlu diusut lebih lanjut. Marilah kita tunggu penyidikan lebih lanjut dari persoalan ini. Biarlah KPK mengusutnya tuntas dan terang benderang. Penting di pemilu kita ini, baik pileg maupun pilpres, mari bersama-sama kita jauhkan politik uang," ucap politikus Partai Demokrat itu.
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menegaskan cap jempol pada amplop yang disita dari perkara Bowo Sidik tak ada kaitannya dengan mereka. Jubir TKN, Ace Hasan Syadzily, menegaskan dirinya tidak mengerti bentuk cap jempol di amplop yang disita dari kasus Bowo Sidik Pangarso. Lagi pula, simbol Jokowi-Ma'ruf dikatakan Ace ialah 01.
"Ya saya pastikan bahwa itu sama sekali tidak terkait dengan TKN atau pasangan 01. Cap jempol itu maksudnya, kita juga tidak mengerti apa dimaksud dengan cap jempol itu," kata Ace.
Selain itu, sejauh ini KPK memastikan amplop itu terkait pencalonan Bowo sebagai anggota legislatif. Amplop itu merupakan suap dan gratifikasi yang diduga KPK telah dikumpulkan Bowo. KPK memastikan amplop-amplop itu untuk keperluan 'serangan fajar'.
"Memang ada stempel atau cap-cap tertentu pada amplop tersebut. Tapi sejauh ini fakta hukum yang ada itu masih terkait keperluan pemilu legislatif," ujar Kabiro Humas KPK Febri Diansyah di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Selasa (2/4).
"Kalau dugaan keterkaitan dan dugaan penggunaan amplop-amplop tersebut diduga akan digunakan untuk serangan fajar, untuk kepentingan pemilu legislatif, khususnya pencalegan BSP (Bowo Sidik Pangarso) di Dapil II Jawa Tengah," kata Febri. (gbr/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini