"Memberikan bantuan pokok memang penting, namun memastikan agar perempuan dan anak tetap dapat hidup layak dan tidak mengalami trauma pasca bencana juga tidak kalah penting. Kegiatan rehabilitasi psikologis dan pemulihan trauma pasca bencana dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk bermain, bernyanyi, bercerita, dan berdoa bersama sebab anak harus tetap merasakan senang, aman, dan nyaman walaupun dalam kondisi pasca bencana," ujar Yohana dalam keterangan tertulisnya, Minggu (31/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yohana menyebut kondisi Indonesia yang berada pada lingkaran rawan bencana membuat warga harus selalu waspada dan siap menghadapi bencana. Menurutnya, untuk mencegah terjadinya bencana diperlukan gerakan untuk pelestarian lingkungan.
"Selain itu, untuk mencegah terjadi bencana seperti ini lagi saya kira ke depannya perlu ada gerakan untuk pelestarian lingkungan, seperti gerakan 1.000 perempuan dan anak menanam pohon bersama." tuturnya.
Sama halnya dengan Yohana , Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kemen PPPA, Vennetia R Dannes mengatakan pihaknya memastikan kondisi perempuan dan anak pada proses rehabilitasi. Serta memastikan bahwa kebutuhan khusus perempuan dan anak terpenuhi.
"Proses pemulihan trauma pasca bencana menjadi penting, mengingat mereka harus kembali melanjutkan kehidupannya setelah bencana ini. Oleh karena itu, kami membawa psikolog khusus perempuan dan anak agar dapat memberikan pemulihan dan pemahaman tentang bagaimana agar dapat bangkit dari bencana," ujar Vennetia.
Saksikan juga video 'Senyum Lebar Korban Banjir Sentani saat Terima Bantuan PMI':
(dwia/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini