"Di survei internal kami, alhamdulillah sudah 20 persen. Jarak kami cuma tinggal 2-3 persen dengan PDIP. Tapi kami tetap mengapresiasi hasil survei Kompas," kata anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade, kepada wartawan, Kamis (21/3/2019).
Alasannya, Andre melihat tren elektabilitas PDIP menurun. Hal ini terlihat dari hasil survei Kompas pada Oktober 2018 dan Maret 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kan kelihatan trennya menurun ya. Soalnya elektabilitas Jokowi kan juga turun... jadi pengaruh ke PDIP. Kan PDIP ini yang paling menikmati coattail effect Jokowi ya. Sama seperti Gerindra yang Prabowo. Tapi elektabilitas Pak Prabowo meningkat," sebutnya.
Karena itu, Andre pun yakin Gerindra menang pileg dan pilpres. "Kami yakin bisa menyalip PDIP. Jadi insyaallah di 17 April nanti kami menang pilpres dan menang pileg mengalahkan PDIP," ujar Andre.
Survei Litbang Kompas digelar pada 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95%.
Litbang Kompas membandingkan perolehan suara parpol di Pemilu 2014, elektabilitas pada Oktober 2018, dan elektabilitas pada Maret 2019.
Berikut ini elektabilitas Gerindra di 3 waktu survei berbeda:
Pemilu 2014: 11,8%
Oktober 2018: 16%
Maret 2019: 17%
Saksikan juga video 'Waspada! Begini Cara Deteksi Lembaga Survei Abal-Abal':
(tsa/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini