Moeldoko ke Mahasiswa: Sorry, Kalau Kalian Nggak Inovasi akan Die!

Moeldoko ke Mahasiswa: Sorry, Kalau Kalian Nggak Inovasi akan Die!

Matius Alfons - detikNews
Rabu, 13 Mar 2019 17:18 WIB
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, saat menjadi keynote speaker di Universitas Paramadina (Foto: Matius Alfons/detikcom)
Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko meminta mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Moeldoko mengatakan mahasiswa mesti berinovasi agar tak tertinggal jauh.

"Selalu merubah diri, nggak boleh statis, begitu statis kita ketinggalan jauh, sangat tertinggal, ketiga adalah inovasi, doktrin saya kepada mahasiswa adalah inovate or die, sorry kalau kalian nggak inovasi maka kalian akan die, akan mati terhadap dunia ini, akan tertinggal jauh," ucap Moeldoko, Rabu (13/3/2019).

Moeldoko mengatakan hal di dalam acara 'Impact Talks! Leadership, Career and Scholarship' di Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Mampang, Jakarta Selatan. Dia meminta mahasiswa mempersiapkan diri dengan matang untuk ambil peranan dalam bernegara. Menurutnya, mahasiswa generasi kini akan dapat giliran untuk berperan pada 2045 nanti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Moeldoko mengatakan perubahan di dunia berjalan dengan cepat. Perubahan tersebut berjalan dengan cepat, penuh risiko, kompleksitas, dan mengejutkan. Dia mengatakan negara yang paling adaptif yang akan menang.

"Ingat ya ini lima hal ini. Pak Jokowi selalu katakan, sekarang ini bukan negara besar dengan kecil, bukan negara kaya dengan miskin, bukan lemah dengan kuat yang berpengaruh tapi negara mana yang memiliki kecepatan untuk punya adjustment dengan lingkungan, itulah yang menang," tuturnya.

Mantan Panglima TNI ini menggambarkan bahwa negara yang akan bertumpu pada minyak dan gas akan bangkrut. Dia memberi contoh Saudi Arabia yang sudah mulai mencari sumber pendapatan lain. Perubahan juga bisa dilihat pada pabrik baja yang akan kesulitan keuangan karena fungsi baja akan diganti dengan barang daur ulang.


"Perusahaan spare part akan kesulitan, mobil biasa butuh ribuan part, tapi mobil listrik hanya 18 spare part. Ini situasi future dan akan jadi kenyataan, sangat mungkin jadi kenyataan sehingga harus mulai antisipasi kalau ini yang terjadi," kata dia.

Moeldoko juga mengingatkan mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan diri. Kepemimpinan akan terasah saat seseorang mengelola organisasi di mana akan dihadapkan pada satu situasi ketika harus mengambil keputusan.

"Lama-lama agregat perjalanan, proses leadership ada intuitif, maka ada keputusan intuitif. Jenderal senior sudah terbangun dari waktu ke waktu persoalan jadi makanan tiap hari, akumulatif seolah-olah sudah tak berpikir lagi. Ini juga sama dengan perjalanan rektor. Kalau pak rektor sudah puncaknya. Perjalanan itu membawa seseorang sehingga punya intuisi, intuisi ini yang bantu kita semua untuk membuat keputusan," ungkapnya.


Moeldoko mengatakan dalam konteks kepemimpinan, hal yang paling dibutuhkan yakni modal emosional. Setelah itu, baru menyusul soal modal kepandaiannya.

"Untuk itulah emotional capital paling atas, kedua baru intelectual capital. Kemudian spritiual capital gimana memperkuat moral dan karakter kita dan seterusnya. Kalau kita bicara leadership 95% adalah karakter. Leadership itu bisa dipelajari, ada art-nya dan seninya," ujar dia.

Dalam acara ini turut hadir Rektor Universitas Paramadina Firmanzah; penerima penghargaan McKinsey & Co. Young Leader for Indonesia, Nadia Fitriani; dan former Analyst BP, Akhmad A Sani. (jbr/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads