MUI Minta Polisi Identifikasi Pendoktrin 'Kiamat Sudah Dekat' di Ponorogo

MUI Minta Polisi Identifikasi Pendoktrin 'Kiamat Sudah Dekat' di Ponorogo

Jabbar Ramdhani - detikNews
Rabu, 13 Mar 2019 14:10 WIB
Lokasi peribadatan warga Watubonang. (Charolin Pebrianti/detikcom)
Jakarta - Sebanyak 52 warga Ponorogo pindah ke Malang akibat termakan doktrin 'kiamat sudah dekat'. Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Bupati Ponorogo hingga kepolisian turun tangan.

"Pertama, itu harus diidentifikasi itu siapa kiai yang bikin doktrin sampai kemudian menimbulkan kemudaratan hidup. Karena doktrin dia itu kan jenis doktrin yang mengandung unsur-unsur membahayakan warga," kata Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi saat dihubungi, Rabu (13/3/2019).


Dia mengatakan soal kiamat sudah dekat sudah disampaikan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Namun tidak ada waktu spesifik yang menjelaskan kapan terjadinya kiamat. Masduki mengatakan di dalam Alquran pun tidak disebutkan soal waktu detail akan terjadinya kiamat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, atas peristiwa ini, bupati dan pihak kepolisian mesti turun tangan mencegah makin banyaknya warga yang terkena doktrinasi. Dia mengatakan ulama lokal juga mesti ikut serta menangani warga yang terkena doktrin.


Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki BaidlowiKetua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi. (Samsudhuha Wildansyah/detikcom)

"Kedua, bagaimana bupati dan polisi memberi perlindungan ke warga dari kerugian material yang tidak perlu. NU dan MUI melakukan koordinasi agar tidak terjadi. Melakukan penyadaran kepada ulama yang keluar dari pemahaman yang bersifat mainstream," tutur dia.

Sebelumnya diberitakan, puluhan warga Ponorogo pindah ke Malang setelah mendengar doktrin 'kiamat sudah dekat'. Mereka menuju sebuah pondok pesantren di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

Kepindahan 52 warga warga Dukuh Krajan, Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, ke Malang terjadi dalam satu bulan secara bertahap. Terakhir, pada Kamis (7/2). Mereka dikabarkan mengikuti Jemaah Toriqoh MUSA dari ponpes yang ada di Malang itu.


"Pada awalnya mereka dipengaruhi atau diajak oleh Katimun (48), warga RT 05 RW 01 Dukuh Rrajan, Desa Watubonang, yang merupakan jemaah santri di sana," kata Camat Badegan Ringga Irawan, Rabu (13/3/2019).

Katimun mempengaruhi warga dengan banyak doktrin. Seperti tentang kiamat sudah dekat, soal perang, hingga kemarau panjang. Terkait kiamat, menurut Ringga, warga diminta pergi dan menjual semua aset di Desa Watubonang.

Katimun mengatakan, soal Ramadan tahun ini yang akan diwarnai huru-hara, jemaah diminta membeli pedang seharga Rp 1 juta. Jemaah yang tidak membeli pedang diharuskan menyiapkan senjata di rumah, sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Kemudian jemaah berlindung di pondok. Terakhir soal kemarau panjang selama 3 tahun mulai 2019-2021. Jemaah diminta menyetor gabah 500 kg per orang karena kemarau mengakibatkan paceklik. (jbr/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads