Anak kedua pasangan Yatno dan Ratna Sari itu baru dibawa ke rumah sakit pada Sabtu (2/3) setelah kondisi tubuhnya semakin buruk karena hanya mendapat perawatan seadanya dari orang tua. Di rumah sakit, si anak harus dipasangi selang oksigen serta selang infus. Bobot tubuh si anak hanya 5,4 kilogram, tidak seperti berat anak normal pada usia itu.
Kondisi kakinya yang bengkak, tubuhnya yang kurus, dan perutnya yang membuncit membuat kondisi Rizki makin memprihatinkan. Orang tua hanya bisa pasrah melihat kondisi anak yang kesehatannya kian buruk itu walau telah diberi perawatan di rumah sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pihak Relawan Kesehatan bagi Anak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, kepada detikcom menjelaskan kini pihaknya melakukan pendampingan kesehatan terhadap si anak agar dapat disembuhkan dari penyakit gizi buruknya itu.
"Kita memberikan bantuan pendampingan itu setelah kita mendapatkan laporan adanya keluarga kurang mampu yang anaknya mengalami gizi buruk. Lalu kita mendatangi si anak yang sudah dirawat di rumah sakit itu untuk melihat kondisinya. Di rumah sakit kita menemui orang tuanya, karena kita pihak relawan akan membantu pendampingan bagi anak agar dapat bisa dirawat hingga sembuh," kata Yulia Wati, salah satu relawan, Senin (11/3/2019).
Menurut Yulia, penyakit si anak mulai ketahuan pada usia 3 bulan. Pada usia itu, orang tua si anak selalu memberikan pengobatan terhadap Rizki di puskesmas karena masalah keterbatasan ekonomi. Rizki hanya dilakukan rawat jalan sejak mengalami sakit.
"Dari pengakuan orang tua si anak kepada kita, pada usia 3 bulan sakit si anak makin kelihatan. Di usia itu berat badannya juga tidak naik-naik seperti berat anak normal. Lalu si anak hanya dibawa ke puskesmas. Di situ anaknya ketahuan mengalami gizi buruk. Selama itu si anak hanya diberi bantuan susu oleh pihak puskesmas. Tetapi sakit anak tetap berlanjut. Pada usia 4 tahun, si anak mulai bertambah penyakit, seperti sakit epilepsi, anemia, dan kekurangan zat gula. Itu hasil diagnosis rumah sakit," ujar Yulia.
Keterbatasan ekonomi orang tua membuat Rizki hanya dapat dirawat seadanya di rumah sejak sejak usianya 3 bulan. Rizki hanya beberapa kali dibawa ke puskesmas. Namun bantuan itu tidak begitu maksimal hingga akhirnya penyakit anak makin buruk.
Pada usia 4 tahun, pertumbuhan Rizki semakin terhambat penyakit yang dialaminya itu. Sejak balita, Rizki jarang mendapatkan asupan makanan bergizi dari orang tua. Pengobatan kesehatan maksimal terhadap anak juga tidak dapat dilakukan karena keterbatasan biaya orang tua.
"Mungkin karena pendapatan orang tuanya yang hanya sebagai petani, kendala biaya memang menjadi masalah kenapa kesehatan anak tidak bisa berjalan lancar. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan bagi anak juga faktor si anak bisa mengalami gizi buruk," terang Yulia.
Setelah sekian minggu dirawat di RSUD KH Daud Arif dan mendapatkan bantuan pendampingan oleh pihak relawan, pertumbuhan si anak sudah terlihat sedikit perubahan. Bobot tubuhnya bertambah walau tidak naik begitu signifikan. Pihak relawan berharap pemda setempat memberikan bantuan rujukan kesehatan terhadap si anak ke rumah sakit yang benar-benar dapat membantu kesehatan si anak agar bisa pulih kembali.
"Sekarang bobot si anak sudah naik, jadi 6 kg, walau naiknya sedikit. Tetapi bobot 6 kg itu belum begitu sesuai di usia anak yang sudah 4 tahun. Kita berharap, dengan kondisi keluarga yang tidak mampu, pemda setempat dapat segera memberikan bantuan terhadap keluarga ini. Agar sakit yang dialami si anak bisa dapat teratasi," harap Yulia.
Sementara itu, dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, kasus gizi buruk di Jambi sejak 2018 tercatat 92 orang anak. Kasus gizi buruk itu meningkat dari 2017, yang hanya 85 orang anak. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini