Dipengaruhi Banyak Suku, Kepulauan Seribu Punya Logat yang Unik

Dipengaruhi Banyak Suku, Kepulauan Seribu Punya Logat yang Unik

Danu Damarjati - detikNews
Minggu, 10 Mar 2019 23:02 WIB
Foto ilustrasi: Kapal berlayar di kawasan Kepulauan Seribu. (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta - Di Pulau Pramuka, terik mentari menggiring orang untuk melangkah ke bawah pohon. Empat ibu-ibu berbincang di situ. Gaya tutur warga di sini membuat kagum. Logatnya terdengar berbeda dengan yang biasa dituturkan warga Jakarta di daratan kota.

Meski secara umum banyak kemiripan, namun logat seperti ini jelas berbeda dengan logat Jakarta yang populer dipakai di tayangan televisi. Secara subjektif dari telinga Jawa yang tinggal beberapa tahun di kota Jakarta, nada bicara orang Pulau Pramuka terdengar lebih 'naik-turun', kosakata yang dipakai juga kadang tidak mudah saya tangkap.

"Namanya logat orang Pulo," kata Novianti, penduduk Pulau Pramuka, mencoba menjelaskan. Ibu guru ini sedang mengunjungi Teras Kapal BRI Bahtera Seva I untuk mengakses layanan perbankan, Selasa (19/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepulauan Seribu memang masuk sebagai wilayah Provinsi DKI Jakarta, namun kekhasan tetap ada. Kepulauan Seribu pada zaman dahulu merupakan tempat transit kaum nelayan, pedagang, dan pelaut. Kepulauan ini dihuni oleh banyak suku dari Nusantara. Ada Mandar, Banten, Bugis, Dayak Tidung, Sunda, dan Jawa. Gabungan itulah yang membentuk warna-warni unik karakter warga, termasuk bahasa.



"Jadi Kepulauan Seribu itu tidak ada 'orang aslinya'. Mereka adalah gabungan," kata Bupati Kepulauan Seribu, Husein Murad, saat berbincang di pulau yang tak jauh dari Pulau Pramuka, yakni Pulau Panggang. Sebutan 'orang Pulo' biasa dikenakan untuk orang dari Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Karya. Namun secara umum, orang Pulo juga bisa dikenakan ke orang Kepulauan Seribu secara umum, membedakan dengan sebutan 'orang darat'.

Husein menjelaskan, Pulau Panggang ini telah disebut-sebut sebagai pulau tertua yang dihuni masyarakat. Sekarang pulau ini padat dengan permukiman. Dahulu, penghuni angkatan pertama pulau ini berasal dari Banten dan Mandar, Sulawesi Selatan.


Dipengaruhi Banyak Suku, Kepulauan Seribu Punya Logat yang UnikAnak-anak Pulau Panggang pulang sekolah dari Pulau Pramuka. (Danu Damrjati/detikcom)


Dalam buku 'Orang Pulo di Pulau Karang' yang disusun Rosida Erowati Irsyad, orang Pulo (penduduk Kepulauan Seribu) menggunakan Bahasa Indonesia dengan logat Melayu. Orang Pulo disebut punya artikulasi suara kuat, struktur bahasa dan kosakatanya khas. Ada empat gaya bahasa. Pertama, gaya orang dari Pulau Kelapa (dekat Pulau Harapan) yang kental dengan pengucapan vokal panjang dan bergelombang. Kedua, gaya orang Pulau Tidung yang masih dipengaruhi Tangerang pesisir. Ketiga, orang Untung Jawa yang masih kental dengan ke-Betawi-annya. Keempat, orang Pulo (yakni orang Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Karya) yang dipengaruhi Melayu dan Bugis.

Kosakata yang khas orang Pulo dan tidak ditemukan di tempat lain, menurut buku 'Orang Pulo di Pulau Karang', antara lain:

-atret: mundur
-potret: maju
-pangkeng: kamar
-monro: istirahat
-godot: menyulam benang

Ada pula kosakata yang mirip dengan yang dipakai pada suku lain, namun menjadi berbeda arti. Misalnya, 'pengentotan' yang berarti 'utang tidak dibayar-bayar', atau 'mbok' yang berarti 'kakak perempuan', juga 'trade' berarti 'tidak ada'.



Ada pula ciri khas glottal stop. Gaya glottal stop biasa dikenal sebagai ciri aksen Bahasa Inggris cockney, namun orang Pulo juga punya. Glottal stop adalah cara pelafalan bunyi 't' mati dengan pangkal tenggorokan. Bukan hanya bunyi 't' mati, namun bunyi 'k' mati juga.

Sejumlah orang yang saya temui mengajari pelafalan ini, mereka adalah Sekretaris Kelurahan Pulau Panggang bernama Sopiah, personel Polair bernama Bripda Bagus Panji Permana asli Pulau Panggang, pedagang dari Pulau Harapan bernama Nur Saman, pemilik homestay 'Rangga' di Pulau Harapan bernama Yuyun, warga Pulau Harapan bernama Syafi'a yang mengaku keturunan Suku Mandar, dan beberapa orang lainnya. Berikut adalah sekelumit contoh glottal stop ala orang Pulo.

-laut menjadi lau'
-kunyit menjadi kunyi'
-belok menjadi blengko'
-barat menjadi bara'

Ada pula perubahan kata 'mau' di Bahasa Indonesia menjadi mao dalam khazanah orang Pulo, 'timur' menjadi timor, dan 'pohon' menjadi pokok, 'tidur' menjadi tidor.

"Saya kalau sedang di darat, saya ngobrol dengan sesama orang Pulo pakai bahasa Pulo, teman-teman dari darat pada bingung, hahaha..." kata Bripda Bagus sambil tertawa.

Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.


(dnu/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads