"Artinya, semua aspek, khususnya aspek (spesifikasi) teknis, atas ruas tol tersebut apakah sudah sesuai dengan NSPM (Norma, Standar Pedoman, dan Manual) untuk sebuah bangunan (konstruksi) jalan tol? Sehingga sangat wajar muncul pertanyaan, mengapa sampai banjir? Karena semestinya semua aspek teknis dan nonteknis harus sudah diperhitungkan secara matang sebelumnya," kata juru bicara BPN bidang infrastruktur Suhendra Ratu Prawiranegara dalam keterangan tertulis, Jumat (8/3/2019).
Menurut Suhendra, yang justru sesat pikir adalah pihak yang mengaitkan analisisnya dengan mencari pembenaran akibat curah hujan yang tinggi. Suhendra menegaskan analisis pendapatnya tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhendra mengaku prihatin dan maklum karena, menurutnya, kejadian banjir di Madiun adalah fenomena alam. Namun, baginya, banjir di ruas jalan tol dengan banjir karena fenomena alam adalah dua hal yang berbeda perspektif dan logika.
"Jadi kritik saya buat pengkritik yang mengatakan kami sesat berpikir, sebaiknya kembali jernihkan pikiran dan hati sebelum komentar. Hingga tidak terkesan ngawur dan asbun, menuduh orang lain sesat pikir. Menuduh Pak Prabowo sesat pikir segala," tuturnya.
"Kami hanya mempertanyakan dan menganalisis mengapa jalan tol tersebut bisa banjir. Itu poin penting yang harus dijawab kepada publik, jelaskan kepada publik baik dari sisi teknis maupun nonteknis. Bukan malah menyalahkan pendapat analisis berpikir orang lain," ucap Suhendra.
Sebelumnya, anggota Tim Penugasan Khusus TKN, Inas Nasrullah Zubir, mengkritik BPN. Dia menyebut banjir yang disebabkan bencana alam itu dipolitisasi oleh BPN.
"Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Madiun meluas jangkauannya hingga ruas Jalan Tol Madiun yang dikelola PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri (JNK) bukan karena kesalahan rancang bangun, tapi murni bencana alam yang tidak bisa dihindari," ujar Inas.
Secara konstruksi, kata Inas, tak ada yang salah dengan jalan tol tersebut. Bagi Inas, BPN ingin membuat kesan jalan tol yang kebanjiran tersebut karena kesalahan konstruksi.
"Padahal yang salah adalah cara berpikir Prabowo Subianto yang sesat, yang kemudian diadopsi kesesatannya oleh anak buah Prabowo di BPN, di mana apa pun yang dikerjakan oleh pemerintahan Jokowi salah melulu, padahal sebenarnya, Prabowo Subianto sudah sangat lelah alias iri hati melihat keberhasilan pembangunan di era Jokowi ini," ucap Inas, yang merupakan anggota DPR.
Simak Juga 'Mulai Surut, Tol Madiun Kini Sudah Bisa Dilewati':
(azr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini